Jumat, 24 September 2010

Tra La La, Tri Li Li Kritik Mengelitik...

Walikota Tutup Mata, Pungli Di Pemkot Tasikmalaya Merajalela

Tasikmalaya-Sungguh ironis bahkan sudah bisa di katakana sangat kronis di saat era reformasi ini bergulir kencang.Ternyata masih ada saja oknum pegawai di lingkungan pegawai negeri sipil (PNS) di bagian keuangan Setda Pemerintahan Kota Tasikmalaya yang nekad bergentanyangan dengan leluasa melakukan pungutan liar (pungli).Bagi setiap rekanan jasa konstruksi yang mengurus administrasi,hal tersebut terjadi bila musim proyek tiba. Itu di wajibkan secara de fakto oleh staf keuangan untuk setor uang sebagai pelicin yang notabene nya UUD (ujung-ujungnya duit) tersebar di 25 meja kantor bagian keuangan dengan nilai rupiah yang sangat bervariatif.Syahdan hal itu guna untuk memperlancar juga mempercepat proses administrasi selama ini.Hal tersebut banyak di keluhkan oleh para rekanan jasa konstruksi tapi mereka tidak berani bersua lantang saja hanya bisa ngomel juga kesel.Mungkin bagi mereka yang penting prosesnya lancar,aman juga cepat,tapi ini tak bisa di biarkan karena bisa menjadi preseden yang buruk hingga di kuatirkan ada persepsi keliru KKN antara penguasa dan pungusaha.Ironisnya Walikota Tasikmalaya Drs Syarif Hidayat yang selalu mengklaim Mr Clin itu seolah tutup mata juga tutup telinga terhadap semua tersebut.Padahal hal itu jelas mengrogoti reputasinya sebagai pemimpin yang telah di pilih langsung atau di percaya oleh masyarakat karena dulu saat kampanyenya menjanjikan pemerintahan yang akan menyapu bersih yang berbau pungli ataupun bentuk KKN.Tapi ternyata aplikasinya sampai sekarang pun seolah tidak ada tindakan action yang di lakukan oleh orang nomer satu di Pemkot itu.Apa memang benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu,akibatnya timbul polemik menjadi pertanyaan publik selama ini.Kalau pun memang kegiatan pungli itu di wajibkan secara de fakto sudah saja di legalisasi secara de jure yaitu berupa peraturan daerah (perda), SK Walikota ataupun apa namanya yang penting berbentuk payung hokum.Biar ada pendapatan asli daerah (PAD) dari hasil pungutan liar itu menjadi pungutan resmi masuk ke kas daerah.Ketimbang tidak jelas kemana hasil pungli itu muaranya selama ini dan mungkin kota Tasikmalaya yang notabene sebagai kota santri akan berubah menjadi salah satu pionir sebagai kota yang melegalkan pungli sebagai potensi PAD nya di Jawa Barat maupun di indonesia untuk segera bisa masuk ke MURI Jaya Suprana. ”Saya liat mereka mempersiapkan kantung keresek sebagai tempat untuk menampung rupiah di 25 titik itu. Juga mereka terang-terangan tanpa rasa sungkan minta duit.Coba kalau enggak percaya liat saja nanti bila tiba musim proyek di bagian keuangan setda kota.Akibat dari semua itu berapa jumlah orang rekan jasa konstuksi yang di rugikan karena sudah masuk kena perangkap pungli tersebut.Belum lagi pungli di instansi lain (kelurahan,kecamatan dll)yang notabene langsung melayani masyarakat pada umumnya.”Saya menunggu tindakan kongkrit Walikota untuk segera membasmi virus pungutan liar yang di lakukan oleh segelintir oknum itu dan kalau di biarkan terus di kuatirkan akan mencoreng reputasi Pemkot juga mosi tak percaya dari masyarakat untuk segera turun ke jalan mengelar demo turun ke jalan.” tuturnya geram

Hal itu di kemukakan oleh satu satu narasumber yang enggan di sebut identitasnya kepada Tadjuk pekan lalu.Dirinya merasa prihatin dengan hal tersebut karena sangat kontras dengan upaya yang di lakukan oleh Walikota yang sering berceloteh tentang good government untuk bekerja secara profesional terhadap semua karyawan.Agar bisa melayani warga tanpa minta imbalan apa pun,karena pemerintah itu adalah abdi masyarakat bukan untuk mengejar ambisi pribadi tanpa memperdulikan segala aspek etika terhadap masyarakat yang akan melakukan keperluannya.Tapi ternyata implentasinya sangat kontradiktif terjadi di lapangan yang kerap di kerjakan oleh staf-staf nya itu seolah sangat apatis untuk menciptakan good goverment itu.Bahkan mereka terkesan hanya mengeruk keuntungan pribadi dan kegiatan mereka itu sudah berjalan lama juga terorganisir secara rapih,selanjutnya dirinya juga meminta pihak DPRD yang notabene sebagai wakil rakyat untuk segera memperhatikan juga kasus itu jangan terus di pelihara selamanya.

Sementara itu di tempat terpisah salah satu pentolan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Forum Aliansi Rakyat Tasikmalaya (FARAT) Drs Yan Opis menandaskan kepada Tadjuk fenomena itu terjadi karena selama ini hal itu telah menjadi esensi mental para birokrasi yang keliru di samping juga budaya sudah terakumulasi di bangun sejak era orba.Hingga kerap terjadi di era sekarang ini dan sudah bukan rahasia umum.Bahwa segala sesuatunya itu harus ada uang pelicin sebagai perangsang memuluskan untuk mengurus segala keperluan bagi masyarakatHal ini merupakan virus yang harus segera di berangus karena merugikan warga yang akan mengurus segala keperluannya tanpa harus di pungut bayaran sepeser pun.Terkecuali bila ada payung hukum sebagai landasan yang bisa mempertanggung jawabkanya.Walikota harus segera membenahi aparaturnya untuk tidak bersikap demikian,karena bagaimana pun seorang pemimpin itu yang akan kena getahnya meski hal itu di lakukan oleh segelintir oknum”Aparatur itu kan sudah di gaji oleh uang dari rakyat,jadi tidak ada alasan lain untuk memungut lagi dan itu harus di terapkan dari mulai level kelurahan,kecamatan dan pemkot sendiri guna bisa melayani masyarakat secara maksimal juga bisa mensejahterakannya.”terang mantan aktivitis kampus cipasung era 98 itu.

Sementara itu ketika Tadjuk akan konfirmasi hal tersebut kepada Walikota Tasikmalaya Drs H Syarif Hidayat ternyata pria jangkung tersebut tidak ada di tempat.(Ariska)

Jumlah Gay Di Tasikmalaya

Terus Meningkat

Tasikmalaya-Sungguh ironis kota yang melahiran si raja dangdut H Rhoma Irama yang selama ini identik dengan trade marknya sebagai kota santri itu ternyata kini lambat laun mulai memudar juga bergeser predikatnya tersebut.Seiring dengan kencangnya angin perkembangan transformasi era global yang berhembus menembus ke dalam dinding berbagai aspek kehidupan.Termasuk pergaulan bebas urusan asmara nyeleneh antara pria penyuka sesama pria yang populis di sebut komunitas gay yang akhir-akhir ini begitu fenomenal kehadirannya.Mereka juga berani menampakan jati dirinya ke tengah permukaan publik dengan memperlihatkan kemesraan mereka tanpa rasa risih bercengkrama sesuka hatinya tanpa memperdulikan lingkungan sekitarnya.Konon katanya eksistensi mereka itu kini mencapai ribuan orang seperti yang di ungkapan oleh Hj Elin Herlina Mpd Kepala Kantor Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan kepada Tadjuk.Menurutnya sekarang ini eksistensi mereka dulunya berjumlah sekitar 653 orang, tapi kini keberadaannya itu meningkat menjadi 1000 orang suatu jumlah yang cukup signifikan bagi kota kecil selevel Tasik.Data vakid itu dari Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) dan Pusat Informasi & Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Kota Tasikmalaya.Peningkatan jumlah tersebut yang paling dominan adalah gay para brondong yang notabene rata-rata mereka masih pelajar di samping yang lainnya tumbuh berkembang meramaikan bursa esek-esek spesifik kaum adam.”Kami selalu meningkatkan bimbingan konseling terhadap mereka tentang narkoba juga pergaulan sex bebas.”terangnya.

Sementara itu karena merasa kuatir juga gerah dengan terus bertambahnya intensitas komunitas itu maka Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tasikmalaya Acep Nur Mubarok dalam waktu dekat ini akan segera melakukan pembinaan terhadap mereka. Dengan melakukan koordinasi dengan pihak Departement Agama (Depag) juga Dinas Kesehatan (Dinkes) .”Saya sudah bertemu dengan salah satu tokohnya dan yang bersangkutan merespon dengan akan adanya kegiatan tersebut.”tegasnya.

Di tempat terpisah salah satu gay sebut saja Ano menerangkan salah satu timbulnya menjadi kaum Lelaki Suka Lelaki (LSL) itu adalah karena gaya hidup yang terlalu berorentasi kepada perasaan juga kepuasaan dalam melakukan hubungan sexsualitasnya.Dengan di topang lingkungan juga pergaulan sebab gay itu juga bisa menular kepada siapa pun sehingga orang yang kerap bergaul dengannya besar. kemungkinan bisa tertular dan secara universal juga di pengaruhi seperti traumatik karena menjadi korban orang tua misalnya menjadi sasaran kekerasan dalam rumah tangga orang tuanya yang melakukan penyimpangan sex serta pengalaman hidup pernah di sakiti wanita.Sehingga orang itu tidak mempercayai perempuan lagi terus akhirnya mencari kepuasaan sendiri dengan lelaki yang memang memiliki kebutuhan yang sama juga. Penyebab lainnya adalah karakter sendiri sejak lahir dan untuk penampilannya pada dasarnya gay itu tidak nampak sepeti waria atau trans gender,karena mereka lebih punya style macho yang lebih menonjolkan kerapihan, kebersihan juga dandy dalam berpenampilan.Gay juga terbagi dua bagian yakni yang melakukan hubungan sex terhadap pria sekaligus juga terhadap wanita (biseksual) terus ada yang melakukan terhadap pria saja.Kehadirannya itu muncul dari berbagi status sosial yang ada makanya tak heran gay itu datang dari seorang PNS, Polisi, TNI, Eksekutif muda maupun tua, Dosen, Wartawan, Pelajar, Mahasiswa bahkan preman sekalipun.Meraka itu punya gaya bahasa tersendiri juga sandi tertentu sebagai salah satu pemersatunya.Ketika di singgung akan adanya pembinaan dari MUI dirinya sangat merespon akan hal tersebut tetapi subtansi pembinaan apa yang akan di lakukan tersebut karena semuanya masih sumir.

Tentang rentannya bahaya AIDS Ano memaparkan sampai sejauh ini belum pernah mendengar adanya komunitas itu terjangkit penyakit tersebut.Karena selama ini mereka itu kalau berhubungan sex pasti selalu memakai kondom sebagai sarana pengamanannya.”Tingkat cemburu mereka itu sangat sensitif jika salah satu pasangannya ada yang berkhianat, apa lagi bila telah menemukan kecocokan perasaan dengan pasangannya dan mereka pun bisa nekad akan melakukan tindakan fisik.”paparnya.

Lebih lanjut Ano menerangkan mereka itu yang berlevel menengah ke atas biasanya kongkow di Mall, Warnet, Cafe, tempat Karaoke atau di Fitnes sebagai ajang pertemuannya yang sering di gelar tiap pekannya.Sedangkan kalau yang berlevel menengah ke bawah cukup di warung remang-remang atau lesehan di sekitar dadaha. Mereka itu semua terdiri dari berbagai lapisan usia berkumpul satu padu alias ngumpul sambil ngopi (ngerumpi) bahkan ada juga yang datang dari Bandung, Jakarta, Surabaya, Jogya juga Solo hanya sekedar melepas rindu dengan pasangannya atau sambil cari brondong serta sekedar bertukar pikiran juga sekaligus sebagai kunjungan study banding. Untuk melepas penat saja, baik itu yang berprofesi sebagai eksekutif muda maupun pebisnis tua atau ada juga pelajar sekolahan dan mahasiswa yang selama ini menjadi kekasihnya.Karena selama ini Tasikmalaya di kenal sebagai sentral kota niaga di wilayah Priangan Timur serta merupakan salah satu kota transit yang strategis dari mulai ujung Jawa Barat ke Jawa Tengah serta ke ujung Jawa Timur.”Tak jarang juga mereka melakukan perkenalan via chating di internet selanjutnya tukeran nomer handphone dan setelah itu bila ada kecocokan mereka langsung janjian untuk ketemuan di yang biasa di Mall atau di Cafe yang ada di Kota santri itu,”terang pria berbadan macho itu.(Ariska)

Di Temui Wartawan,

Kepala UPTD Cihideung Malah Ngacir……….!


Tasikmalaya-Bak lakon figuran nan amatiran di ketoprak humor di layar kaca saja,sepak terjang Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Hj Tati ketika akan di temui.Dengan berbagai cara di tempuhnya untuk menghindar bertemu dengan para kuli disket,termasuk dengan berakting pura-pura tidak ada di tempat dengan bersandiwara sesaat menyuruh anak buahnya untuk bersikap tidak memberitahukan keberadaanya.Bersembunyi bagi dirinya sebagai pentas lakon akhir,sebelum ngacir keluar dari pertunjukan aktingnya untuk menyelamatkan diri,hingga akhirnya raib entah kemana rimbanya seolah jejaknya sirna di telan bumi.Sungguh ironis institusi yang notabene berpredikat pendidikan itu ternyata tidak bisa mendidik prilaku dirinya sendiri, justru hanya mempertontonkan dagelan konyol saja bagi dunia pendidikan.

Berawal saat Tadjuk datang ke kantor UPTD itu dengan maksud akan bertemu dengan sang Kepala tersebut untuk meminta konfirmasi seputar Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 2009 di wilayah teritorial Kecamatan Cihideung untuk di jadikan sebuah berita juga informasi kepada publik.Kebetulan Tadjuk kali pertama datang ke kantor itu serta tentunya juga belum kenal dengan nama juga raut wajahnya sang kepala institusi itu.Saat tiba di kantornya Tadjuk langsung menuju ruangan Ibu Haji itu,tapi ternyata di tempatnya itu nihil tidak ada orang,sehingga akhirnya langsung menanyakan kepada salah satu karyawan wanita yang terlihat di kerumuni oleh banyak pegawai itu,karena waktu itu kebetulan nampak banyak orang lalu lalang,entah itu para Guru atau Kepala Sekolah yang sedang mengurus kepentingannya. Ketika Tadjuk menanyakan keberadaan Kepala UPTD itu, orang tersebut menjawabnya terlihat kikuk juga nampak ekspresinya seolah bingung sambil melirik mata laksana memberikan sandi tertentu kepada rekan sejawat lainnya,hingga akhirnya terdengar seperti ada dirijen, kompak mengatakan serempak laksana koor paduan suara yang bernada sumbang,bahwa pimpinannya itu tidak ada di tempat sebab lagi keluar karena ada tugas kantor.Mendengar hal itu Tadjuk tadinya percaya tidak percaya karena di sampaikannya penuh dengan raut misteri.Dengan rasa penasaran akhirnya Tadjuk berinvestigasi ria ke ruangan lain dengan mencoba bertanya kepada karyawan lelaki lainnya tentang keberadaan Ibu Tati itu.Betapa terkejutnya ketika salah satu karyawan pria itu mengatakan bahwa pimpinannya itu yang tadi kali pertama di sapa.Mendengar hal itu Tadjuk langsung reflek segera mencarinya ke tempat semula,tapi sayang sang kepala UPTD itu beserta kroninya telah menghilang dengan jurus mengambil langkah seribu alias ngacir.Sangat memprihatinkan prilaku mereka,ternyata lebih memilih opsi untuk menghindar dari pada menghadapi wartawan,padahal kalau memang yang bersangkutan sedang sibuk,alangkah bijaknya di sampaikan dengan menggunakan etika yang santun,pasti Tadjuk juga bisa memahaminya sehingga tumbuh saling menghargai.Dengan adanya hal tersebut ternyata menyisakan bom waktu pertanyaan, baik itu bagi anak buahnya maupun dengan para kuli disket sendiri,kenapa tidak mau menghadapi wartawan? ada apa gerangan?Bukan kah sebagai pejabat publik sudah seharusnya bisa menjalin komunikasi dua arah dengan media messa.Kalau toh memang sudah tidak mau lagi menghadapi juru berita itu juga melecehkannya dan seolah menabuh genderang perang,maka sudah selayaknya kepala UPTD itu mengajukan pensiun dini saja,karena bagaimana pun tempat juga jabatan di mana pun di pemerintahan itu pasti akan bersinggungan dengan dunia pers.
Di tempat terpisah pentolan dari Forum Aliansi Rakyat Tasikmalaya ( FARAT) Drs Yan Opis Suhada mengatakan sikap yang di lakukan Kepala itu merupakan preseden buruk bagi hubungan antara pemerintah dengan dunia pers yang di tunjukan pejabat tersebut hingga terkesan sangat alergi dengan keberadaan wartawan yang akan menemuinya,padahal sejatinya pejabat itu bisa berinteraksi dengan element manapun termasuk dengan rekan pers sebagai objek pelayanan.” Seyogianya sikap kepala tersebut di harapkan bisa menjalin kerja sama dengan pers sebagai mitra kerja selama ini,bukannya malah memelihara ego sentris birokratis,”terang mantan aktivitis HMI itu kepada Tadjuk pekan lalu.(Ariska)

Ifin Saripin

“Sewindu Mengabdi Jadi Pengecer Koran”

Tasikmalaya-Meski terik mentari membakar sekujur tubuh hingga peluh pun bercucuran,bukan sebagai dinding penghalang untuk terus menanti dengan setia setiap saat menunggu sang pembeli datang,serta dengan deru semangatnya yang tak pernah pudar menjadikan tumbuh keuletan kesabaran dan kejujuran yang terus di tanam hingga akhirnya di percaya oleh sang majikan dan kini dirinya bertahan dalam kurun waktu sewindu lamanya berkecimpung sebagai pengecer Koran sampai sekarang di depan pasar Pancasila Kota Tasikmalaya itulah Ifin Sarifin (35) sosok pria nan bersahaja asal Cihaur Manonjaya yang sehari-harinya bergelut dengan aroma koran,majalah,tabloid dan kalender.

Mengawali kiprahnya sebagai buruh pengecer Koran sejak tahun 2001 dan mengabdi kepada majikannya Drs Ruhiat dalam jangka cukup lama ini,maka tak heran ikatan hubungan mereka terlahir seperti satu keluarga saja dan apalagi di topang dengan bermukim dirinya di rumah guru Sekolah Dasar Sukasari itu sampai sekarang menjadikan laksana di rumah sendiri,meski anak istrinya nun jauh di Manonjaya.

Mulai dari sang mentari terbit di ufuk timur dirinya keluar rumah majikannya dengan mendorong gerobak yang berisi koran serta beberapa aneka minuman pelepas dahaga serta rokok yang akan di jualnya untuk segera menuju tempat mangkalnya sehingga akhirnya dirinya menyiapkan untuk memasang beberapa koran,majalah,tabloid atau kalender untuk di pajang agar menarik pembeli dan dirinya stay tune berjualan itu sampai senja tiba di kala mentari terbenam di ufuk barat dan saatnya untuk berkemas pulang.”Setiap pekerjaan itu harus bisa di cintai juga di nikmati niscaya akan berjalan sangat optimal tutur Bapak dua anak itu berfilosofis kepada Tadjuk pekan lalu.

Dulu saat pertama jadi pengecer koran menurut Ifin di sepanjang kawasan pasar pancasila itu baru dirinya dan satu koleganya yang eksis berjualan itu akan tetapi sekarang jumlahnya sudah mencapai tujuh orang pengecer koran yang berderetan di sepanjang kawasan pasar tradisional tersebut,mungkin karena lokasinya sangat strategis untuk berjualan makanya sekarang tambah semarak saja,tetapi hal itu bagi dirinya bukan menjadi momok banyak saingan itu tapi hal tersebut justru memberikan esensi motivasi untuk bisa eksis berjualan secara kompetitif dan apa lagi dirinya sudah senior juga sudah tersebar banyak pelanggan tetapnya sampai sekarang.”Booming koran itu kalau Persib menang maka banyak para bobotoh Viking Taziex yang memborongnya,makanya saya mendoakan supaya Maung Bandung jaya terus disamping juga laris itu kalau ada pengumuman CPNS dan UMPTN.”papar pria yang pernah berkelana ke Makasar itu.(Ariska)

Pemekaran Daerah Hanya Meninggalkan Bom Waktu?
Uforia otonomi daerah melalui semangat pemekaran merupakan bagian integral dari demokrasi yang berlangsung pasca reformasi dengan tujuan yang mulia yaitu dapat meningkatkan pelayanan public juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perluasan ruang bagi pendidikan politik, pemberdayaan masyarakat serta untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam agar bisa di nikmati masyarakat di daerah tersebut,namun pada aplikasinya ternyata banyak menemui dilema ketika di hadapkan kepada fakta semangat pemekaran yang tak terkendali dengan melencengnya dari tujuan utamanya yang pada akhirnya hanya membebani anggaran negara juga mempertebal jarak masyarakat dari kesejahteraan juga berbagai masalah yang timbul di perkuat dengan ketidak jelasan pemerintah dalam menyingkapai problematika di balik pemekaran di daerah tersebut dan rancangan besar pemekaran daerah itu saat ini hanya sebuah wacana yang tak berujung,padahal kebijakan yang tak berdasar pada sebuah desain menjadi proses pembangunan yang tidak jelas arahnya dan yang ironis lagi pemekaran itu termotivasi oleh obsesi hanya mengejar kucuran dana yang mengali deras dari pusat melalui Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) juga tak jarang pula kuatnya kepentingan syahwat partai politik dari pusat juga daerah untuk meraih kekuasan kursi di DPRD dan jabatan birokrasi.Dengan kekuasaan baru itu sangat jelas untuk memperluas lahan bagi pertarungan politik tingkat lokal dengan merebut posisi strategis dengan obsesi mengkuatkan kepentingan kelompoknya yang akhirnya banyak melahirkan konflik dan konfrontasi pasca pemekaran antara daerah induk dengan daerah hasil pemekaran kerap terjadi pada soal rebutan masalah aset pendapatan daerah

Hal itu terjadi antara Kota Tasikmalaya dengan Kabupaten Tasikmalaya yang sampai sekarang pun mengalami deadlock seolah tak bertepi karena masing-masing pihak kerap mengedepankan ego sentris juga kepentingan sendiri-sendiri tanpa ada solusi yang berarti akhirnya ada 22 aset yang belum di serah terimakan dari Kabupaten ke Kota dan konsekuensinya aset itu kini terbengkalai tak terawat dan bahkan pihak Kabupaten mengultimatum kalau Kota memang sudah tidak sanggup untuk kompensasi maka Kabupaten akan progresif mencari pihak investor sebagai alternatifnya,juga berlarut-larutnya masalah aset antara Pemkab dan Pemkot adalah kesalahan pemerintah pusat yang mengeluarkan Undang-undang No. 10/2001 tanpa dibarengi dengan ketersediaan dana untuk pembangunan ibukota kabupaten dan oleh karena itu, satu sisi cara yang paling mungkin dilakukan kabupaten adalah pola pembangunan secara bertahap, apalagi Pemkab Tasikmalaya memiliki keterbatasan anggaran,sumber anggaran yang dimungkinkan adalah bantuan dari pusat, provinsi, dan APBD Kab. Tasikmalaya, Namun harapan paling besar untuk dijadikan sumber dana adalah penjualan aset milik kabupaten yang berada di kota dan berdasarkan hasil inventarisasi aset yang dinilai cukup strategis adalah bangunan dewan sekarang, gedung setda, dan kantor bupati yang tepat berada di pusat kota . selain itu, ada lagi pendopo yang berada dekat alun-alun dan bangunan perkantoran lainnya, padahal sudah sejak terbentuknya Kota 2001 dengan suksesi berapa penguasa sampai sekarang pun masih berkutat secara streotif pada argument masing-masing, misalnya Kota Tasikmalaya berharap aset yang ditinggalkan itu diberikan begitu saja dengan alasannya pemkot tak memiliki uang untuk membeli aset tersebut juga karena kota merasa punya andil atas keberadaan aset tersebut apalagi berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya, seluruh aset yang ada di kota paling lambat setahun harus diserahkan kepada kota dan sisi lain argument Kabupaten secara de fakto juga ngotot minta kompensasi untuk membangun segera ibukotanya di Singaparna atau tidak tertutup kemungkinan Kabupaten akan mejudical riviewkan problematika tersebut ke pihak Mahkamah Konstitusi (MK) dan segera meleburkan kembali kota ke pengkuannya seperti semula, karena konon dana yang dibutuhkan untuk pemindahan ibu kota Kabupaten Tasikmalaya dari wilayah Kota Tasikmalaya ke daerah Singaparna, diperkirakan mencapai lebih dari Rp 1 triliun dan dana sebesar itu dialokasikan untuk pembebasan tanah, pembangunan sarana perkantoran, sarana jalan, dan penataan perkotaan di lokasi ibu kota yang baru dan dari hasil penyusunan yang dibuat oleh Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kab. Tasikmalaya, perpindahan ibu kota itu diharapkan selesai seluruhnya pada tahun 2016.Untuk saat ini, sudah ada tiga satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang pindah dari Kota Tasikmalaya hanya lokasinya di luar pusat pemerintahan yaitu Tiga SKPD dimaksud adalah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, serta Dinas Tata Ruang dan Pemukiman dan tidak lama lagi, Dinas Pendidikan akan menyusul selanjutnya skala prioritas berikutnya adalah pembangunan pusat pemerintahan yang meliputi gedung sekretariat daerah, DPRD dan pendopo dan pembangunan pusat pemerintahan itu akan direncanakan rampung pada tahun 2010.Perkantoran yang lain akan menyusul, seperti kantor Dinas Keuangan, Inspektorat Daerah, dan kantor Satuan Polisi Pamong Praja,selain perkantoran, Pemkab Tasikmalaya juga mesti membangun sejumlah sarana publik lainnya, seperti terminal dan rumah sakit dan semua itu jelas, membutuhkan dana yang tidak sedikit. belum lagi pembangunan jalan tembus dari Tasikmalaya bagian utara, tepatnya di daerah Ciawi, ke Singaparna yang belum selesai, syahdan masih dibutuhkan dana lebih dari Rp 100 miliar untuk menyelesaikan infrastruktur jalan tersebut.

Dari berlarut-larutnya masalah tersebut ternyata membuka mata kita bahwa pemekaran itu ternyata hanya menimbulkan implikasi prolematika baru, dan pemekaran cenderung berdampak negatif ketimbang positif. dan beberapa dampak negatif tersebut adalah pemekaran menciptakan perluasan struktur yang mengakibatkan beban berat pembiayaan kesamaan karakteristik sosial budaya dan historis masyarakat justru jauh dari semangat jargonya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan pemekaran juga tidak berkorelasi positif terhadap kemajuan ekonomi dan tidak mampu mendorong pembangunan daerah otonom baru justru hanya menimbulkan carut marut serta menyisakan bom waktu konflik.Permasalahan-permasalahan yang dihadapi daerah tersebut menunjukkan, dengan jelas, bahwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan mensejahterakannya, tidak harus dijawab dengan pemekaran karena terbukti pemekaran itu hanya meninggalkan bom waktu saja, tapi seharusnya mencari jalan alternatif untuk mengatasi buruknya pelayanan publik di daerah-daerah terpencil dan terisolasi dan terobosan yang perlu dilakukan dalam konteks realisasi desentralisasi dan otonomi daerah sekarang ini adalah menjadikan kecamatan sebagai pusat pelayanan dan pemekaran daerah bisa dicegah dengan meninggkatkan kualitas pelayanan publik terhadap masyarakat.Ariska

Kawasan Dadaha Tasikmalaya

Siang Sarana Olahraga, Malam Digunakan Ajang Olah Paha

Tasikmalaya-Akibat belum jelasnya masalah pembagian aset antara Kota dan Kabupaten Tasikmalaya hingga saat kini,maka konsekuensinya pun asset itu menjadi terbengkalai seolah tak di perhatikan sama sekali, hal itu pun terlihat bila hari minggu pagi tiba areal itu berubah menjadi pasar kaget sehingga hak warga yang akan olah raga pun tersita oleh para pedagang juga pembeli dan yang paling fatal di memanfaatkan sebagai ladang esek-esek untuk mereguk rupiah dengan menghalalkan segala cara dengan cepat, padahal sejatinya di peruntukan bagi kegiatan olahraga untuk di nikmati segenap masyarakat luas tapi ternyata kini ironisnya justru mulai bergeser malah di gunakan sebagai sarana ajang olah paha oleh segelintir orang. Fenomena prostitusi itu kini benar-benar menjadi momok bagi rona kehidupan malam di kawasan Komplek itu, padahal Tasikmalaya identik dengan kota santri yang menjadikan agama sebagai panji misi dan visi religius islaminya, tapi tak lepas dari semua itu ternyata kota kelahirannya Raja Dangdut Rhoma Irama itu menyimpan potensi bisnis prestisius, yang mana tempat lokasinya berada tepat di areal sekitar kawasan yang pernah dipakai Porda (Pekan Olahraga) Jabar 1993 itu.

Eksistensi mereka terus bergairah berpacu membakar dinginnya malam, seolah denyut kehidupannya tak pernah terlelap untuk terus bergelora menawarkan jasa kehangatan tubuh, hanya untuk memuaskan dan memanjakan para pelanggannya di sepanjang malam. Maraknya bisnis lendir kenikmatan ini menambah awan kelabu bagi eksistensi areal Dadaha yang sejatinya dialokasikan ajang representasi untuk aktivitas olahraga, tapi justru kita malah dijadikan sebagai barometer bursa esek-esek kelas menengah ke bawah yang berpotensi, bahkan sekarang ada semacam lelucon konyol yang mengatakan bahwa kalu pagi sampai siang hari Komplek tersebut digunakan untuk olahraga, kalau menjelang senja hari digunakan untuk olah rasa dan menjelang sang rembulan tiba digunakan untuk olah paha.

Gairah para pramusyahwat ini rupanya terdiri dari elemen kominitas Wanita Tuna susila (WTS), kaum Wanita Pria (Waria) dan yang paling fenomenal adalah kemunculan kaum Ciblek (terminologi pramusyahwat wanita dari elemen ABG) dan Brondong (pramusyahwat pria muda yang bisa melayani kaum gay atau tante girang) yang turut berpartisifasi meramaikan bursa esek-esek, mereka bernafsu berlomba untuk mencari mangsa dan berburu rupiah sebagai suatu urgen tuntutan. “Tapi diantara komunitas tersebut tidak ada friksi antara satu dengan yang lainnya, karena masing-masing pihak sudah mempunyai klien tertentu dan punya segemen tersendiri lho”, tutur Minceu (22) salah satu penjaja cinta yang bertubuh bohai kepada Tadjuk pekan lalu.

Minceu berkesimpulan bahwa tempat para kongkow-kongkow (nongkrong) mereka tersebut mempunyai base camp tersendiri misalnya kaum Waria di Gedung Kesenian, Kaum Ciblek dan brondong di sekitar areal lapangan basket atau cafe dan kaum WTS mejeng di kedai kopi atau malah berkarokean di cafe sambil ngrumpi. “kalau malam minggu tiba sih biasanya areal Komplek Dadaha berubah jadi gegap gempita dipenuhi lautan manusia yang mayoritas kaum adam tapi ada juga sebelintir pasangan muda mudi membawa teman kencannya mungkin hanya untuk memadu kasih dan melepas rindu saja, tapi bagi komunitas kita sih malam minggu merupakan suatu anugerah yang terindah pada saat momentum itu sih, ya bagi kita laris manis lah lumayan buat nambah income lho, wong cuma seminggu sekali kok”, imbuhnya.

Minceu lebih lanjut mengemukakan bahwa eksistensi para pekerja sek tersebut yang berada di Komplek Dadaha hanyalah klasifikasi menengah ke bawah “Jadi untuk standarisasi tarif pun relatif murah dan terjangkau oleh berbagai elemen status sosial yang ada, kecuali malam Minggu ada tarif khusus dech”, ungkapnya tanpa mau menyebutkan tarif yang dimaksud, seraya juga Minceu menambahkan bahwa biasanya tempat untuk berkencan mereka itu sangan beragam tergantung para klien, ada yang ngajak ke hotel atau tempat alinnya, bahkan ada juga yang nekad kencan di kawasan Komplek Dadaha tersendiri yang penting tersalurkan kebutuhan biologisnya.

Meski sering digelar operasi penerbitan, minceu menuturkan bahwa sejatinya hal tersebut sungguh dilematis bagi komunitasnya di suatu sisi sudah merupakan urgen tuntutan kebutuhan perut, tapi di sisi lain sering berkonfrontir dengan aparat. “Tapi itu mungkin sudah menjadi konsekuensi logis dari suatu perjuangan yang penuh dengan gejolak tantangan”, keluhnya.

Ketika disinggung tentang maraknya virus AIDS yang sangat riskan bagi penjaja cinta, Minceu tak pernah terbersit untuk menciutkan nyalinya bahkan menandaskan bahwa itu semua hanyalah suatu resiko bagi komunitasnya, karena bagaimanapun perjuangan itu harus membutuhkan pengorbanan yang setimpal.

Sementara itu di tempat terpisah salah satu elemen masyarakat dari Forum Aliansi Rakyat Tasikmalaya (FARAT) Drs Raka Lakirabi, yang menandaskan bahwa dengan menggeliatnya aktivitas prostitusi yang selama ini laksana cendawan di musim hujan merupakan problematika yang sangat komplek, bukan semata-mata dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan libido kaum adam yang notabenenya para hidung belang saja, akan tetapi ada beberapa elemen yang menstimulasikan timbulnya aktivitas tersebut, diantaranya adalah faktor ekonomi karena terbukti bahwa bisnis esek-esek ini dapat menghidupi begitu banyak orang, mulai dari para pekerja seksnya sendiri, mucikari, calo, pedagang di sekitar lokalisasi, tukang becak dan proteksi keamanan. “Eksistensi mereka suatu evolusi dengan network sedemikian rupa dan hal tersebut sangat erat bertalian dengan hajat banyak orang, maka dari itu bisnis esek-esek itu menjadi bagian yang sah dari refleksi kehidupan sosial, karena mampu membuka akses lapangan kerja bagi mereka meskipun instrumen konsekuensi sangat riskan akan mudahnya terjangkit virus AIDS serta dikerjar-kejar aparat” tutur nya.

Evolusi bisnis esek-esek ini menurutnya kian hari sangat terasa telanjang di depan mata meski sering kali terdengar ada operasi penertiban yang digelar, tapi anjing menggonggong kafilah berlalu saja dan hal itu tidak per nah emnciutkan nyali mereka sebab tuntutan urgen kebutuhan perut dan yang penting lagi adalah kebutuhan bagian bawah perut yang membuat para PSK ini mampu bertahan lama. “Seyogyanya pihak birokrasi terus ada sensitifitas perhatian melihat keadaan ini donk, terhadap mereka dengan pendekatan secara persuasif dan mampu utnuk diberdayakan ke arah yang positif dengan berbagai aktivitas yang bersinergi untuk bisa menghasilkan suatu produktivitas yang bisa menunjang kelangsungan hidup mereka secara berkesinambungan dan tentunya upaya ini harus ada sosilisasi yang intensif”, tutunya seraya juga Raka menambahkan bahwa hal itu memerlukan sustu proses dan hal paling urgen adalah adanya keinginan political will dari birokrasi itu sendiri utnuk menyiapkan beberapa elementer untuk keperluan yang menyangkut hal diatas tersebut terutama dari kesiapan sisi finansial.(Ariska)

Senandung Bocah Jalanan

Di Tengah Traffic Light

Tasikmalaya-Nampak tatapan matanya tajam memperhatikan setiap kendaraan yang akan berhenti guna di jadikan targetnya.Mereka dengan setia menunggu tibanya sinar lampu setopan berwarna merah menyala, sambil mengisap dalam-dalam rokoknya.Manuver segerombolan bocah-bocah yang menenteng gitar atau alat musik sederhana lainnya itu cukup tangkas untuk menghampiri dari kendaraan ke kendaraan dengan langsung pasang aksinya kepada penumpang atau pengemudi kendaraan. Dengan penampilan bak seorang rocker saja, mereka berlomba dengan lantang senandungan suara sumbang lagu-lagu yang sedang trend saat ini di tengah kebisingan deru kendaraan.Tak peduli terik mentari membakar sekujur raga juga acuhkan segala resiko keselamatan jiwa di tengah hiruk pikuknya volume kendaraan yang melintas.Hanya demi mengejar sebongkah rupiah guna untuk mencukupi kelangsungan eksistensi hayatnya.Meski untuk memperebutkan kendaraan itu sangat susah payah dengan tingkat rivalitas dengan komunitas waria, pengemis ataupun pengamen dewasa lainnya yang begitu kompetitif.Mereka tak gentar razia aparat di setiap waktunya yang penting perut kenyang, masalah di tangkap belakangan.Separuh waktunya di habiskan di tengah traffic light, tempat yang seharusnya tidak pantas sebagai arena bagi segerombolan bocah-bocah nan polos itu untuk mencari nafkah.Padahal seusia mereka itu lebih pantas berada di bangku sekolah untuk mengenyam pendidikan yang layak.

Dari pantauan Tadjuk terlihat sekumpulan bocah-bocah itu berada di kawasan Traffic Light Ramona Kota Tasikmalaya.Mereka sejak pagi hari sudah stay tune guna memulai aktivitasnya hingga terkadang sampai larut malam untuk pasang aksinya.”Kalau saya tidak ngamen, mungkin tidak bakalan makan, awalnya saya kan di ajak orang tua selanjutkan di suruh ngamen sendiri ”papar Nanang (8) dengan ungkapan polosnya kepada Tadjuk baru-baru ini seraya bocah itu juga mengaku penghasilan satu harinya bisa mengantongi uang antara 10 ribu sampai 20 ribu.

Sekilas tidak terlintas hal yang istimewa dari ucapan polos Nanang itu, tapi kalau di baca ulang ternyata ada gambaran sebuah fakta social tentang eksploitasi anak yang terselubung.Nanang merupakan salah satu dari puluhan bocah jalanan yang nasibnya sama menjadi eksploitasi anak.Ketika Tadjuk mencoba melebur ke dalam komunitas mereka, ternyata muncul sikap kecurigaannya.Apa lagi saat mau menanyakan lebih jauh eksistensi mereka selama ini.Terbukti sorot mata mereka nampak menandakan ketidaknyamanan, seolah ada pihak yang sedang mengawasinya.Bahkan sebagai dari mereka lebih memilih bungkam atau mereka langsung segera menghampiri pria dewasa bertatto yang terlihat berpenampilan preman dan ada pula yang langsung mengambil langkah seribu alias ngacir, seolah menyimpan rasa ketakutan.

Di tempat terpisah salah satu pemerhati anak Drs Yadi Mulyadi mengatakan bahwa semua itu nampak ada mata rantai yang rapi secara srtuktur saat bocah-bocah itu mulai aksinya.Keberadaan orang tuanya turut berada di balik peran utama sebagai pelaku mengeksploitasi anak.Terbukti orang tua meraka mengarahkan juga menargetkan penghasilnya serta mereka juga di ajari trik untuk memelas mendapatkan uang banyak.Makanya tak heran bocah itu bekerja ekstra keras,tak jarang bila tak mencapai target mereka mendapatkan kekerasan.”Dengan mempekerjakan mereka itu sangat berdampak pada sisi psikologisnya, yaitu pada sisi lingkungan yang memang bukan habitatnya, karena sejak usia begitu belia mereka itu sudah terbiasa dengan kehidupan penuh dengan rona kekerasan dan itu terekam ke dalam memori bocah-bocah itu,”tuturnya.(Ariska)

Kota Tasikmalaya

Ekses Transformasi Menuju Kota Niaga Di Priangan Timur

Tasikmalaya-Sejak dibangun dan dipisahkan dari Kabupaten Tasikmalaya pada 2001, kota ini masih sibuk berbenah. Lahan-lahan pertanian dibuka untuk dijadikan tempat pemukiman, kawasan industri, dan pusat-pusat distribusi pelayanan jasa pemerintahan. Pusat-pusat perdagangan dan ekonomi dibangun di banyak tempat.Jalan-jalan yang lebar dan rapi. Orang-orang yang sibuk, lalu lintas dan kendaraan yang ramai. Toko dan pusat-pusat perbelanjaan yang padat pembeli. Gedung-gedung pusat pemerintahan dan pelayanan publik yang megah.

Begitulah rata-rata pemandangan yang akan jumpai jika memasuki sebuah kawasan kota.Semua tak urung akan membayangkan sebuah kota yang hidup. Lalu lintas perdagangan berjalan lancar. Semua orang bisa membeli barang dan punya peluang untuk berwirausaha. Anak-anak bisa sekolah dan pemerintah bisa melayani semua kebutuhan warga kota.Bayangan semacam itu juga yang selama ini menjadi dorongan kuat bagi orang desa untuk hijrah ke kota .Harapan bahwa kota menjanjikan penghasilan dan penghidupan yang lebih baik, telah mendorong urbanisasi besar-besaran sepanjang tahun.

Tetapi dengan sedikit saja menjelajah ruang kota lebih ke dalam, kita akan disuguhi pemandangan yang kontras. Pemukiman penduduk yang padat dengan jalan sempit. Got dan selokan dengan sanitasi yang buruk. Di pemukiman ini juga, biasanya, kita dapat dengan mudah memperoleh bukti-bukti kehidupan kota yang tak selalu ramah. Masih banyak orang yang tidak bisa sekolah, biaya berobat yang mahal, dan pelayanan publik yang tak terjangkau.

Di wilayah agak ke pinggir, akan menemukan pemandangan yang lain lagi. Jalan-jalan baru yang lebar dengan lahan pesawahan di sisinya. Lahan-lahan pertanian yang tak terurus karena sudah dijual pemiliknya dan tengah menunggu ditanami beton.Daftar masalah wilayah pinggir ini biasanya tak jauh dari petani-petani yang mulai kehilangan lahan garapan. Gaya hidup dan pergaulan anak-anak muda yang berubah. Kota sudah dekat tapi tak gampang memperoleh pekerjaan.

Menurut salah satu pemerhati sosial Drs Juhana Sabastian Msi menandaskan bahwa perubahan status menjadi kota dan visi Kota Tasikmalaya menjadi pusat perdagangan dan industri termaju di Priangan Timur, telah menumbuhkan perubahan luar biasa dalam tata ruang kota.Banyak warga kota menjadikan hunian mereka sebagai rumah toko dengan laju yang cenderung tidak terkendali. Ini belum ditambah dengan hadirnya pusat-pusat perdagangan yang dibangun oleh investor dari luar.Kecepatan perubahan tata guna lahan itu sayangnya tidak dibarengi dengan kebijakan tata ruang kota yang komprehensif. Tak jelas mana kawasan perkantoran, perdagangan, pemukiman, dan fasilitas umum. Banyak warga yang merasakan hawa kota tak lagi sejuk seperti dulu. Lalu lintas yang padat, angkutan umum yang macet, dan pepohonan pinggir jalan yang banyak di tebang memang menghiasi pemandangan kota Tasik di banyak tempat. “Pergeseran gaya hidup metropolitan sekarang merasuk ke dalam sendi kehidupan dan itu konsekuensi logis dari era globalisasi yang melanda bumi Tatar Sukapura”, tutur pria yang masih betah melajang itu kepada Tadjuk pekan lalu.

Perubahan kota lanjut Juhana memberikan warna lain bagi kehidupan sosial kaum muda Tasikmalaya. Pada 2005, Kota Tasikmalaya menempati urutan pertama dalam kasus narkoba di Jawa Barat setelah pada tahun sebelumnya berada di urutan ketiga di bawah Bandung dan Bogor . Pada tahun itu, Polresta Tasikmalaya mengungkap 107 kasus narkoba. Bahkan dalam operasi anti narkoba selama 25 hari terjaring 10 kasus Pemekaran dan pembentukan kota-kota baru tampaknya akan terus terjadi sebagai implikasi kebijakan otonomi daerah. Sebagian karena alasan substantif untuk memperpendek jarak pemerintah dan masyarakat dan mempertinggi kinerja pelayanan publik. Sebagian daerah dimekarkan karena motivasi politik menumbuhkan pusat-pusat kekuasaan baru.Berbagai dokumen yang mendasari kebijakan pembentukan kota menyebutkan Tasikmalaya layak menjadi kota baru. Salah satu alasannya adalah kuatnya potensi ekonomi lokal yang khas, yakni berkembangnya sentra-sentra industri kerajinan rakyat di berbagai wilayah.Tetapi potensi ini yang cenderung luput dari perhatian.Pembangunan kota lebih memihak kepada kepentingan industri berskala besar, industri yang nota bene tidak memiliki basis sosial-budaya yang kuat di kalangan masyarakat Tasikmalaya.“Seperti juga banyak kota lain yang sedang berubah, hari-hari ini Tasikmalaya menampakkan diri sebagai kota berwajah gamang. Kota yang belum sepenuhnya yakin bahwa industri besar dan jasa perdagangan bisa mendongkrak perbaikan kualitas hidup warganya. Tapi juga tak sepenuhnya siap untuk meninggalkan akar tradisinya yang sungguh kuat,”jelasnya.Ariska

Komplek Dadaha

Potret Merana Sarana Olah Raga

Tasikmalaya-Bias masih simpang siurnya masalah aset antara Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, ternyata imbas juga dengan kondisi komplek sarana olah raga Dadaha, kini terlihat sebagian besar merana akibat kurang pemeliharaan.Nampak bangunannya sudah banyak yang rusak. Warga menyayangkan kondisi itu karena fasilitas tempat dulu di gelar Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jabar 1993 tersebut dibangun dengan dana melimpah.Yang lebih ironis lagi Dadaha itu kini malah di jadikan tempat kongkow juga bursa esek-esek para menjual syahwat para PSK, waria, gay ataupun ciblek (cilik-cilik betah melek) dan tentunys hari minggu paginya di jadikan pasar kojengkang.

Pemantauan Tadjuk, menunjukkan, kompleks olahraga tersebut sepi dan memprihatinkan. Hanya Stadion Utama Dadaha saja yang tampak terawat baik dan sering digunakan, terutama oleh kesebelasan Persikotas dan Persitas.Sarana olahraga yang lain tampak merana akibat kurang perawatan dan jarang digunakan, seperti Gedung Olah Raga Indor (GOR Sukapura) Gedung Kesenian, GOR Susi Susanti, lapangan sofbol, bisbol, panjat tebing, lapang volly juga basket.Lapangan sofbol, misalnya, sudah tidak tampak sebagai lapangan lagi karena tertutup rumput liar setinggi lutut. Begitu juga arena lapang volly serta panjat tebing. Saluran drainase dan kolam retensi dipenuhi semak belukar dan beberapa titik jalan beraspal telah cekung dan digenangi air.

Semuanya itu merupakan potret merana yang mati enggan hidup segan, bahkan nampak terbengkalai karena terbatasnya pemeliharaan. Selain ditumbuhi rumput liar, Di GOR sebagian lantai konblok juga rusak, dan beberapa lantai dalam ruangan ambles akibat struktur tanah yang labil.Seiring sarana olah raga yang memprihatinkan,ternyata berimbas juga dengan saratnya prestasi olah raga para atlet yang tak kunjung bersinar, padahal dari Kota ini dulu melahirkan ratu bulutangkis kaliber internasional Susi Susanti.Bahkan namanya pun di abadikan menjadi salah satu nama gedung bulu tangkis.

”Saya sedih melihat kondisi komplek Dadaha sekarang ini, tapi pengelola tak bisa berbuat banyak karena tidak diberi dana, alat, dan sumber daya memadai untuk pemeliharaan. Pemasukan keuangan dari sewa gedung sangat sedikit, yaitu dari pemakaian lapangan sepak bola oleh Persitas dan Persikotas,” tutur Juha Abidin salah satu warga yang sering melakukan jogging pagi kepada Tadjuk pekan lalu.

Menurut Juha, dirinya berharap pemerintah segera membuat program terpadu untuk menghidupkan kompleks olah raga kebanggaan warga Tatar Sukapura itu, terutama untuk melahirkan olahragawan profesional seperti dulu Susi Susanti pebulu tangkis kaliber internasioal yang merebut emas olimpiade Barcelona . Masyarakat dan klub-klub olahraga bisa diundang untuk memanfaatkan sarana di kawasan itu dengan tarif terjangkau, sekaligus menggiatkan kompetisi, pameran, atau diselingi konser hiburan. ”Bagaimanapun, sarana itu dibangun dengan dana miliaran rupiah dan sebagian berasal dari masyarakat,sayang kalau dibiarkan merana dan akhirnya rusak,” katanya.

Di tempat terpisah Kepala Pengelola Aset Setda Kota (Pemkot) Tasikmalaya Hanafi SH mengaku bahwa pihaknya belum bisa apa-apa karena areal itu masih di miliki oleh Pemerintah Kabupaten (Pemda) Tasikmalaya,sehingga pemkot tidak bisa memperbaiki fasilitasnya.Ariska

Disinyalir Oknum PU Gadaikan

Aset Pemkab 1,5 juta

Tasikmalaya-Sungguh Memprihatinkan sepak terjang yang di lakukan seorang oknum pegawai Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Tasikmalaya berinisial AN yang di sinyalir nekad mengadaikan sebidang sawah sebanyak 40 bata milik Dinas PU selama kurun tiga tahun kepada warga.Dengan rentan cukup lama itu AN bak seorang pemilik tanah itu saja dengan leluasa dirinya menjadikan aset itu sebagai sarana untuk kepentingan pribadinya.Hanya cuma tergiur ingin mereguk keuntungan sesaat dengan dalih mencari sampingan pendapatan di luar gaji.AN menjadikan tanah itu sebagai ajang bisnis illegal yang potensial tanpa menghiraukan kaidah hukum.Padahal sudah jelas tanah tersebut milik Dinas PU yang terletak di Kampung Sangegeng Desa Mangunreja Kecamatan Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya.Seyogianya aset itu tentunya harus di jaga serta bisa untuk memeliharanya selama ini.

Menurut Kamal salah satu korban penipuan yang juga warga setempat mengatakan kepada Tadjuk bahwa berawal pelaku menghubungi dirinya dengan tujuan untuk meminjam sejumlah uang karena pelaku mendesak sangat membutuhkan untuk sesuatu keperluannya.Pelaku meminjam sejumlah uang sebesar 1,5 juta kepada korban dengan jaminan aset sebidang tanah 40 bata dan pelaku berdalih dalam waktu dekat uang pinjaman itu akan segera di kembalikan kepada korban.Tadinya korban tidak meresponnya, tapi dengan segala jurus tipu daya yang piawai, akhirnya korban pun luluh juga.Apa lagi dengan di iming-iming sebidang tanah itu.Hingga akhirnya terjadi kesepakatan dan korban pun memberikan sejumlah uang yang di butuhkan oleh pelaku tanpa di atas kwitansi.Setelah waktu berjalan lama dan penantian yang di tunggu untuk menagih janji pelaku agar segera membayar hutang pun tak kunjung datang.Apa lagi korban baru tahu bahwa sebidang sawah yang di gadaikan itu merupakan aset Dinas PU bukan milik pelaku.Sehingga korban pun mendesak kepada pelaku agar segera membayarnya karena sudah berjalan selama tiga bulan.Ternyata korban bukannya membayar seperti janjinya dulu, justru malah menghindar bahkan sulit untuk di temui sama sekali.”Keinginan saya seh pelaku bisa mengembalikan uang yang dulu pernah meminjamnya ,sebab pelaku sudah tiga tahun ini tidak pernah membayar sepeser pun,”geramnya.

Selanjutnya dirinya akan segera melaporkan kasus tersebut ke pihak yang berwajib, bila pelaku hanya terus menerus berucap janji di atas ingkar saja.Karena perbuatannya sudah bisa di kategorikan penipuan / pidana, apa lagi pelaku dengan gegabah menjadikan sebidang tanah itu sebagai jaminan yang ternyata aset Dinas PU bukan miliknya.Pelaku ternyata bukan kepada dirinya saja menipu dengan mengadaikan tanah tersebut, tetapi pelaku juga dengan modus yang sama telah mengadaikan kepada orang lain yaitu kepada Engkos dengan meminjam uang sama sebesar 1,5 juta dan sampai sekarang pun belum di bayar.”Jadi pelaku itu sudah menjadikan dan memanfaatkan sebidang tanah itu sebagai sarana untuk menipu warga selama ini,”terangnya

Sementara itu ketika Tadjuk akan konfirmasi hal tersebut ke Kepala Dinas PU ternyata yang bersangkutan sedang tidak ada di tempat.(Ariska)

Mantan Lurah Sumelap

Disinyalir Gelapkan Sejumlah Dana

Tasikmalaya -Sejatinyanya figure sebagai Lurah itu memberikan suri teladan bagi warganya.Karena integritas Lurah itu adalah sosok pemimpin di mata masyarakat sebagai icon panutan.Tapi apa yang di lakukan oleh oknum mantan lurah Semelap Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya DN sangat kontradiktif dengan nilai-nilai paradigma seorang pemimpin pajabat public.Ironisnya justru dirinya sewaktu menjabat sebagai Lurah pada periode tahun 2007-2008 disinyalir nekad mengelapkan sejumlah dana. Sungguh sangat memprihatinkan sepak terjangnya, duduk di kursi empuk sebagai penguasa, ternyata membuat dirinya lupa sebagai abdi pelayan terhadap masyarakat, justru dirinya malah menodai jabatan itu sebagai amanah yang seharusnya di jungjung tinggi.Ironisnya DN malah dengan leluasa mengerogoti sejumlah dana yang di peruntukan bagi warganya sebagai sarana untuk kepentingan pribadinya.Hanya cuma tergiur ingin mereguk keuntungan sesaat dengan dalih mencari sampingan pendapatan di luar gaji tanpa mempertimbangan aspek konsekuensi logisnya kelak.Mungkin pikirnya saat itulah untuk mencari kesempatan di dalam kesempitan mereguk uang.Untuk menjalankan aksinya itu juga agar manuvernya aman serta tidak ada orang yang berani menentangnya, dirinya perlu untuk memperagakan kinerja itu dengan sistem One Man Show bahkan terkadang menerapkan gaya otoriter sebagi penguasa tunggal, bukan kolektifitas mengerjakan pekerjaan itu dengan komunikasi dengan anak buahnya.Sehingga DN aji mumpung dengan leluasa melahap dana stimulant bagi para 9 RT juga 25 RW dengan total sebesar 1,5 juta.Akhirnya para RT dan RW itu gigit jari karena uang hak nya lenyap di terkam DN.Padahal uang tersebut seharusnya bisa di terima oleh para RT juga RW pada setiap per triwulannya dari bantuan Pemkot.Terus dirinya juga memotong dengan sepihak dana bagi penerima rehab rumah tidak layak huni masing-masing di pungut liar (pungli) sebesar Rp 500 ribuan bagi 4 KK penerima dan terakhir dirinya juga mengajukan lagi 1 KK untuk warganya dengan kompensasinya di potong 300 ribuan.Padahal sejatinya semua si penerima itu harusnya mendapat bantuan sebesar 2,5 juta per KK sesuai dengan bantuan dari Pemkot.MenuruDN juga memanipulasi bantuan aspal sebagai sarana untuk jalan, yang seharusnya mendapatkan 10 drum, tapi realitasnya malah 5 drum dan terakhir dirinya juga menyunat uang anak buahnya.Konon katanya DN pernah beberapa kali di panggil oleh pihak inspektorat, tapi dirinya lebih suka mangkir ketimbang menyelesaikan perbuatnya.Sungguh tragis, wibawa inspektorat sebagai salah satu instansi yang harus di segani, ternyata menghadapi sosok DN ternyata tak bernyali, sehingga peristiwa tersebut akhirnya sampai sekarang berlarut-larut tidak ada tindak lanjut, padahal seyogianya pihak inspektorat itu bisa menjeratnya dengan tindakan tegas.

Menurut salah satu sumber yang di rahasiakan namanya menandaskan kepada Tadjuk bahwa DN yang kini telah pindah kerja ke Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Tasikmalaya sebagai salah satu Kepala Seksi itu, ternyata kini seolah lepas tanggung jawab dan melemparkan segala perbuatannya itu kepada Lurah Sumelap yang baru Zaenal untuk memberikan kompensasi kepada warga yang telah di rugikan selama ini.Kontan saja hal itu membuat Zaenal juga seluruh pegawai kelurahan itu sangat berang, karena tidak tahu menahu tentang masalah itu.Sebab sangat tidak logis bila aparatur kelurahan yang harus menganti semuanya itu.”Mengapa Kelurahan yang harus jadi sasaran atas perilaku DN, bukan kah itu tindakan individualistic DN semata sebagai oknum, seyogianya dia lah yang harus bisa mempertanggung jawabkan segala perbuatannya, bukan lempar batu sembunyi tangan donk,”tutur nya geram.

Di tempat terpisah salah satu pentolan dari Forum Aliansi Rakyat Tasikmalaya (FARAT) Drs Yan Ofis Suhada yang di damping Ir Yadi Effendi ketika di temui di base camp nya di Kawasan Ampera Asri menandaskan bahwa dirinya sangat prihatin atas ulah mantan Lurah tersebut yang jelas telah telah mencoreng reputasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai pejabat di mata public.Hal itu jangan terus di biarkan, sebab akan menjadi preseden buruk tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan birokrasi selama ini.Harusnya ada tindakan kongkrit dari Inspektorat untuk membuatnya jera, karena kalau tidak ada action, di kuatirkan perbuatan itu akan di ulangi lagi dan yang lebih fatal bila prilaku itu ternyata malah di ikuti oleh para aparatur yang lainnya, sebab tidak ada ketegasan untuk menindaknya, padahal hal itu jelas sudah perbuatan indisipliner aparatur yang melanggar Peraturan Pemerintah (PP).Pemberian sanksi kan meliputi tiga hal yang pertama sanksi ringan berupa peringkatan dan pernyataan tidak puas, kedua sanksi dapat di berikan berupa penundaan pangkat dan pemberian gaji berkala, sedangkan yang paling terberat adalah berupa pemecatan atau pemberhentian tidak hormat.

Dengan adanya kasus itu secara psikologis bagi Lurah yang baru akan menjadi beban moril dan itu di kuatirkan bisa menganggu pelayanan terhadap masyarakat sekitar, mungkin juga yang paling di takutkan selama ini adalah adanya tingkat ketidak percayaan publik terhadap aparaturnya, hanya gara-gara ulah oknum Lurah yang lama.

”Saya merasa heran dengan sikap Inspektorat yang seolah menutup mata menangani kasus tersebut, seharusnya pihak Inspektorat bekerja pro aktif untuk menindak lanjutinya dengan disertai adanya laporan serta bukti yang valid untuk bisa mempertanggung jawabkan segala perbuatannya selama ini,”Papar suami Neti Kusuma Dewi itu.

Sementara itu ketika Tadjuk menemui DN di kantor Dispenda Kota Tasikmalaya, dirinya mengatakan secara diplomatis bahwa semua permasalahan tersebut sudah selesai dan itu semuanya kini sudah di akomodir oleh Lurah yang baru.”Saya kan sudah pindah kerja bukan sebagai Lurah lagi, jadi segalanya sudah menjadi tanggung jawab Lurah yang baru donk,”tuturnya singkat, seraya DN juga langsung bergegas buru-buru meninggalkan Tadjuk menuju ke luar kantornya.(Ariska)

Oknum PNS Di Duga Tipu

Petugas Kebersihan 10 Juta

Tasikmalaya- Ternyata tak ada gunanya bila ada salah satu oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) ketika pertama kali di lantik atau di sumpah sebagai abdi masyarakat akan konsisten menjaga reputasi korps di mata publik.Tapi ternyata di kemudian hari justru inkonsisten sikapnya, bahkan menodai segala janjinya dengan prilakunya sendiri.Tengok saja ulah salah satu oknum PNS yang dulunya bekerja di Dinas Lingkungan Hidup dan Pelayanan Kebersihan (LHPK) Kota Tasikmalaya berinisial WH yang disinyalir melakukan penipuan terhadap petugas kebersihan yang notabene adalah anak buahnya sendiri.

WH waktu itu menjabat sebagai salah satu mandor bagi para petugas kebersihan dan armada pengangkut sampah di LHPK di tahun 2008.Sebagai mandor tentunya dirinya punya wewenang juga wibawa di mata anak buahnya.Hingga WH pun bisa memanfaatkan jabatan itu untuk di salah gunakan dengan tujuan untuk di jadikan ladang mencari sebongkah uang.Caranya dengan pungutan liar (pungli) terhadap anak buahnya, secara kebetulan petugas kebersihan pada waktu itu rata-rata statusnya belum PNS masih tenaga kontrak.Hingga akhirnya WH memanggil ke 10 anak buahnya itu dengan alasan mereka itu harus mengikuti ujian paket C sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kriteria agar bisa melengkapi segala persyaratan administrasi untuk di usulkan masuk ke dalam data base, sehingga bila namanya terakomodir, niscaya kelak bisa menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), apa lagi mereka sudah lama mengabdi bekerja.Mendengar celotehan Bos nya itu, para petugas yang identik dengan uniform kuning-kuning itu langsung sangat sumringah, karena keinginan dari dulu untuk merubah statusnya itu ke arah masa depan yang lebih jelas yaitu kepastian untuk menjadi PNS bakal terwujud. Melihat korban begitu antusias dengan tawarannya itu, akhirnya WH berlaga seorang bak diplomatis ulung dan langsung berdalih bahwa mengikuti paket C itu tidak gratis melainkan harus membayar kepada dirinya per orangnya di pungut 1 juta.Konon katanya dirinya yang akan mengurus segala keperluan anak buahnya itu.Karena sudah kadung pingin segera namanya masuk data base,hingga akhirnya ke 10 orang itu setuju saja membayar total 10 juta ke WH.

Tadinya mereka sangat antusias menunggu kegiatan paket C itu untuk di gelar dan berharap setelah mengikuti kegiatan tersebut mereka akan segera di masukan ke data base untuk proses menjadi PNS.Tapi setelah di tunggu sekian lamanya waktu berjalan, kesempatan untuk mengikuti program paket C itu belum juga ada kabarnya.Setelah di tanya langsung beberapa kali ke WH yang di dapat hanyalah jawaban klise, WH hanya mengatakan nanti saja atau sabar dulu lah kepada mereka.Hingga yang tadinya anak buahnya itu sangat antusias, akhirnya jenuh juga dengan jawaban WH yang tak pernah memberikan jawaban pasti serta mengulur-ukur waktu.Sehingga tak terasa akhirnya WH pun pindah tugas kerja sebagai Satpol PP dan selanjutnya sekarang WH bekerja di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Tasikmalaya.Sementara anak buahnya yang di janjikan untuk mengikuti Program paket C di tinggalkan begitu saja tanpa ada pertanggung jawabannya.Akhirnya mereka pun sadar bagi WH telah serta merta telah menipunya.

Menurut salah satu korban mengatakan kepada Tadjuk bahwa dirinya serta rekan yang lainnya sangat mengharapkan WH untuk segera mengembalikan uang yang telah di pungutnya dulu, karena itu sudah jelas merupakan penipuan terselubung.Sebelum Dirinya juga rekan lainnya akan melaporkan kepada pihak yang terkait.”Saya menyesalkan dengan prilaku WH yang telah tega menipu kami sebagai karyawan kecil, uang yang saya bayar ke WH itu merupakan hasil meminjam ke orang lain dan sampai saat ini belum saya lunasi,”tuturnya.

Saat Tadjuk bolak balik akan konfirmasi ke WH di Dishubkominfo, ternyata yang bersangkutan selalu tidak ada di tempat.Syahdan WH disinyalir jarang masuk kerja dan kalau masuk pun dirinya hanya ikut apel setelah itu langsung menghilang entah kemana rimbanya.Saat di tanyakan langsung ke atasannya WH kepada salah satu kepala seksi ternyata tidak tahu menahu keberadaannya.(Ariska)

Namanya Tak Masuk Data Base,

79 TKK Makin Tak Jelas Nasibnya

Tasikmalaya-Memprihatinkan eksistensi 79 nasib tenaga kerja kontrak (TKK) sebagai salah satu karyawan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya makin tidak jelas rimba masa depannya.Padahal Menurut PP Nomer 48 Tahun 2005 pengangkatan TKK atau honorer menjadi CPNS sudah harus masuk data base tahun ini.Peluang untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dalam penantian rindu sudah tertutup layar.Jangankan untuk mereguk asa sebagai PNS, bermimpi masuk dalam database saja tidak ada.Sungguh ironis pengabdian serta bekerja tak kenal lelah dalam hitungan tahunan selama ini seakan tidak ada artinya.Mimpi menjadi seorang pamong hanyalah isapan jempol belaka saja.Terbukti pihak RSUD selama ini seolah apatis dengan tidak mengakomodirnya untuk pengajuan CPNS tahun ini, juga tidak ada rona kepedulian serta tanggung jawab moril untuk memperjuangkannya, padahal mereka itu masa bhakti bekerjanya sudah bertahun-tahun yang tentunya ingin ada kepastian tentang masa depannya agar ada kenyamanan dalam bekerja, tapi RSUD malah menutup mata terhadap realita yang ada, justru lucunya RSUD malah memprioritaskan karyawan yang baru tiga tahunan bekerja yang di masukan ke dalam database.Hal itu tentunya membuat heran dengan sikap yang tidak populis di lakukan RSUD yang hanya menimbulkan diskriminatif yang cenderung suatu saat bisa eksplosif antar karyawan untuk berkonfrontatif.

Menurut salah satu sumber yang namanya di rahasiakan mengatakan kepada Tadjuk bahwa dirinya sudah mengabdi bekerja selama 9 tahun di RSUD itu dengan harapan namanya bisa masuk data base serta bisa menjadi pegawai negeri sipil kelak.Di tempatnya bekerja itu terdapat TKK sebanyak 79 atau yang di kenal dengan sebutan forum 79.Di dalam forum itu rata-rata banyak yang sudah mengabdi bekerja lama dan tentunya sudah banyak berkeluarga.Anggota forum sangat prihatin dengan Direktur RSUD seolah apatis dan tak pernah menggubris aspirasi mereka tentang nasibnya selama ini, pihaknya ingin ada kepastian tentang masa depannya agar dalam bekerja bisa ada kenyamanan.Seyogianya Direktur itu berupaya untuk bisa memperjuangan karyawannya yang tidak masuk data base guna bertanggung jawab moral sebagai pimpinan.Padahal dirinya serta rekan senasib dalam kontek bekerja sangat optimal untuk memberikan pelayanan prima terhadap para pasien selama ini.Mulai dari shif pagi, sore dan malam selalu di jalani dengan baik.Seakan pihak RSUD tidak ada perhatian sama sekali, bahkan ketika ada rekannya TKK yang akan mengajukan pindah kerja ke divisi lain, dengan tujuan untuk menambah wawasan kerja selalu tidak di responnya.Yang membuat herannya lagi ada kepala instalasi yang pangkat juga golongannya jauh berada di bawah anak buahnya, padahal kan berdasarkan DUK seharusnya yang menjadi pimpinannya itu pangkat dan golongannya di atas anak buahnya ”Saya heran kenapa Forum 79 ini tidak bisa terakomodir?seolah kami ini komunitas termarginalkan dalam suatu institusi sebuah rumah sakit milik pemerintah,”herannya.

Sementara itu Direktur RSUD Dr H Wasisto Hidayat mengatakan pihaknya menolak bila tidak aspiratif dengan forum 79 itu, justru pihaknya sangat memperhatikan nasib karyawannya yang notabene gajinya di bayar dari pendapatan rumah sakit tersebut.Terbukti pihaknya sudah berupaya tiga tahun ke belakang berjuang untuk mengakomodir forum 79 itu dengan pengajuan mereka ke dalam data base yang dimulai dari pihak RSUD mengirim ke bagian kepegawaian setda Pemerintah Kota (Pemkot), terus ke Bandung untuk selanjutnya di serahkan ke Badan Kepegawaian Nasional (BKN) di Jakarta.Tapi setelah di cek di BKN itu data forum 79 itu ternyata tidak ada namanya, mungkin saja format komputernya terproteksi juga beda sistem antara pusat dan daerah sehingga otomatis semua data error.Upaya lain yang di lakukan oleh pihaknya juga dengan Walikota, bahkan ketua Forum 79 Ajat pun ikut mendatangi langsung Menteri Aparatur Pendayagunaan (Menpan) serta Anggota DPR komisi II.Bahkan dirinya lebih enam kali bolak balik ke jakarta serta tiga kali ke Bandung .”Kalau bagi mereka yang usianya di bawah 35 tahun silahkan ikut test CPNS saja, sedangkan untuk usia yang di atas 35 tahun yang notabenenya langsung pengangkatan, silahkan menunggu Peraturan Pemerintah yang saat ini sedang di godok, jadi sementara ini sabar dulu lah”terang pria yang tadinya menjabat sebagai Wakil Direktur itu, seraya Wasisto juga menambahkan bahwa yang menentukan pindah kerja itu pimpinan bukan karyawan yang mengajukan, sedangkan untuk jabatan kepala instalasi itu non structural jadi bisa saja kepala tersebut pangkat dan golongannya di bawah anak buahnya.(Ariska)

RSU Prasetya Bunda Abaikan

Perda No 19 Tahun 2003

Tasikmalaya-Sangat ironis di saat Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya sedang gencar-gencarnya untuk menaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari berbagai bidang yang sangat berpotensi untuk di gali, sehingga nantinya bisa di harapkan memberikan kontribusi berarti terhadap Pemerintah.Salah satu dari sektor yang potensi itu adalah parkir yang bisa di gali untuk di andalkan,karena parkir itu sangat signifikan kontribusinya terhadap PAD.Saking vitalnya potensi itu maka berembuklah pihak eksekutif dan legislatif untuk membuatkan payung hukumnya,sehingga lahirlah Peraturan Daerah (Perda) Kota Tasikmalaya Nomer 19 tahun 2003 tentang pajak parkir itu.Selanjutnya terbit juga Surat Keputusan (SK) Walikota Nomer 23 tahun 2005 tentang petunjuk pelaksana juga tata cara pemberian ijin pengelola parkir di luar badan.Bahwa fasilitas pelayanan di pungut atau tidak di pungut di kenakan kontribusi pajak parkir kepada Pemkot melalui Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) sebesar 20% dari pendapatan bruto sesuai dengan kegiatan kendaraan yang parkir.Terus bila ada perubahan tarif yang akan di lakukan harus konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak pengelola dengan Dishubkominfo.

Namun ternyata upaya Pemkot itu hanya sia-sia saja, karena terbukti tidak di respon oleh segelintir element suatu perusahaan swasta yang berinvestasi di Kota Santri tersebut.Salah satunya itu adalah Rumah Sakit Umum Prasetya Bunda (RSUPB) yang jelas seolah mengabaikan bahkan cenderung berkonfrontasi dengan Perda juga SK Walikota.Karena pihak RSUPB yang berdiri megah nan mewah yang berada di kawasan Irhanda By Pass itu dengan tegas menolak untuk memberikan kontribusi dari retribusi parkir selama ini ke Dishubkominfo.

Menurut Kepala UPTD parkir Dishubkominfo Agus Jamaludin SIP mengatakan kepada Tadjuk bahwa pihaknya sangat prihatin dengan sikap yang tidak kooperatif pihak RSUPB itu, karena sebagai Rumah Sakit yang bonafid ternyata tidak mengindahkan kewajibannya untuk memberikan kontribusi pajak parkir sebesar 20 % dari pendapatan bruto sesuai regulasi Perda ke Pemkot.Bahkan pihaknya sudah melakukan beberapa kali pendekatan secara persuasif, baik itu dengan datang secara langsung maupun via surat sebagai upaya agar RSUPB bisa andil juga sadar terhadap kewajibannya, tapi ternyata mereka memilih tidak meresponnya sama sekali dan terkesan menghindar.Entah alasan apa mereka tidak kooperatif, padahal kalau melihat volume kendaraan terlihat nampak begitu banyak kendaraan pasien baik roda dua maupun empat yang parkir di setiap harinya berseliweran masuk atau keluar.Apa lagi di dalam areal RSUPB itu juga kan ada fasilitas minimarket, ATM, beberapa toko juga sarana lainya sebagai penunjang.Kalau pun mereka butuh petugas parkir pihaknya akan segera menempatkanya.”Saya akan terus mengupayakan agar mereka bisa memberikan kewajibannya, karena bagaimana pun pajak parkir itu sebagai salah satu icon yang memberi kontribusi berarti kepada PAD,”terang pria low profil itu.

Lebih lanjut mantan Kasie di Kelurahan Layungsari itu menandaskan, kini pihaknya sedang mengupayakan PAD dari parkir itu sebesar 1 miliar,maka dari itu pihaknya terus berusaha juga berupaya untuk bisa mengali potensi yang bisa memberikan kontribusinya.Pihaknya kini sedang gencar ke lapangan mendata seratus titik yang di indikasikan bisa menghasilkan pemasukan yang optimal terhadap PAD.Dengan menjemput bola pihaknya terus mendatangi secara persuasif ke berbagai sektor institusi swasta, Kantor Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau sektor-sektor lainnya yang di nilai berprospektif.

Di tempat terpisah salah satu pentolan dari Forum Aliansi Rakyat Tasikmalaya (FARAT) Drs Yan Opis Suhada ikut menyesalkan dengan kondisi tersebut, karena hal itu merupakan preseden tidak ada kepedulian investor yang notabene berada di wilayah Tatar Sukapura untuk andil dalam memberikan kontribusinya.Mereka jangan hanya mereguk keuntungan semata tanpa ada kesadaran terhadap kewajibannya.Sebab kalau di biarkan terus Pemkot akan kehilangan income dari sector parkir yang notabene sebagai andalan utamanya,apa lagi PAD parkir itu sudah di target 1 miliar.” Sangat kontras realitasnya bila Rumah Toko (Ruko) ataupun minimarket yang notabenenya berada di bawah Rumah Sakit megah itu, bisa andil ikut membayar pajak, masa RSUPB tidak bisa seh, kan lucu toh,”terang pria alumni Udayana Bali itu.

Sementara itu ketika Tadjuk akan konfirmasi kepada Direktur RSUPB dr.H Muzwar,MM.Kes ternyata yang bersangkutan sedang tidak ada di tempat.Ariska

Pungli Merambah, Nasabah Bank Danamon Gerah

Tasikmalaya-Sejatinya institusi Bank swasta itu selalu mengedepankan pelayanan yang profesional nan handal terhadap konsumennya.Karena sadar esensi rivalitas antar bank itu sangat kompetitif, baik itu dengan pihak bank swasta maupun dengan pihak bank pemerintah, maka berbagai macam program pun gencar di gelar sebagai sarana promosi untuk di tawarkan terhadap publik guna untuk bisa menarik menjadi nasabahnya.Tapi apa yang terjadi di Bank Danamon justru sungguh kontras dengan paradigma Bank lainnya, karena kini terbukti sejumlah nasabah Bank Danamon Kota Tasikmalaya mengeluh juga merasa gerah sebab pungutan liar (pungli) telah merambah Bank Danamon.Tindakan oknum petugas Bank tersebut melakukan pungli sebesar Rp. 250 ribu kepada setiap nasabah yang meminjam uang minimal 2 juta sampai dengan maksimal 20 juta secara sepihak itu, sangat mencoreng reputasi Bank itu di mata publik, padahal menurut para nasabah juga consensus dengan jajaran direksinya, bahwa pinjaman tersebut tidak di perkenankan ada potongan sepeser pun karena pinjaman tersebut merupakan program kerja sama antara pihak dari Adira dengan Bank Danamon.

Menurut salah satu nasabah yang enggan jati dirinya di sebutkan itu mengatakan kepada Koran Tadjuk bahwa untuk meninggkatkan daya volume nasabah, baik pihak Adira maupunn Bank Danamon mengulirkan program kerja sama bilateral yaitu bagi setiap nasabah Adira yang lancar pembayarannya di atas 6 bulan, maka akan di permudah untuk bisa mengajukan peminjaman uang langsung ke Bank Danamon tanpa angunan.Dalam penawarannya itu pihak Adira maupun Bank Danamon berkomitmrn tidak akan ada potongan sepeseser pun terhadap nasabah yang akan meminjamnya,tetapi ironisnya justru dalam kenyataanya timbul ada potongan dari oknum petugas tersebut.Nasabah pun bertanya apa memang benar potongan itu sepengetahuan dari pihak direksi Bank Danamon juga Adira atau tidak?karena sewaktu penawaran pun di sebutkan tidak akan ada potongan,tapi realisasinya justru kontradiktif.Oknum itu pun pintar berdalih dengan memberikan alasannya yang sangat klise yaitu hal tersebut sudah merupakan rahasia Bank yang tidak boleh di ketehui oleh nasabahnya.Lucunya setelah para nasabahnya menanyakan ke pihak Bank Danamon yang di cabang Bandung yang notabene membawahi Bank Danamon Tasikmalaya,ternyata tidak ada potongan apa pun bagi nasabahnya.”Apa memang cuma di Tasikmalaya saja yang di perlakukan untuk ada potongan gelap tersebut?,”terangnya heran.

Lebih lanjut sumber menandaskan bahwa sungguh tragis suatu Bank swasta yang bonafide bisa berbeda antara satu kota dengan kota lainnya serta memperlakukan alasan terhadap nasabahnya tidak jelas, bahkan seolah tindakan pungli itu begitu vulgar di depan mata.Pemotongan itu jelas sangat merugikan juga mengecewakan pihak nasabah yang notabene merasa di kebiri oleh ulah oknum tersebut.Sehingga timbul polemik menjadi pertanyaan publik selama ini.Kalau pun memang kegiatan pungli itu di wajibkan secara de fakto sudah saja di legalisasi secara de jure saja supaya tidak ada kesimpangsiuran di mata nasabah.Akibat prilaku oknum itu tak heran kepercayaan konsumen akan anjlog sebab reputasinya tercoreng dan hanya tinggal menunggu hitungan hari saja bom waktu akan segera meledak yaitu lambat laun sejumlah nasabah akan segera hilang dari permukaan Bank tersebut yang pada akhirnya nasabah tersebut akan berpaling ke pihak Bank lain yang tentunya bersikap profesional dalam mengedepankan pelayanan prima terhadap nasabahnya.

Sementara itu ketika Tadjuk konfirmasi dengan koordinator bagian penagihan Bank Danamon Aryanto,justru tidak memberikan statemen sedikit pun,malah hanya ekspesinya saja yang nampak memerah seolah menahan gejolak emosinya.Bahkan pria berkacamata minus itu setelah di konfirmasi mengenai prihal pungli itu ternyata lebih memilih buru-buru menghindar dan meninggalkan Tadjuk,dengan alasan klise bahwa dirinya masih banyak kerjaan,akhirnya Aryanto menghilang bak di telan bumi tanpa sedikit pun memberikan statemen.Sungguh memilukan prilaku pria tersebut di samping juga tidak menghargai tugas seorang jurnalistikAriska

Suksesi Sekda Kota Tasikmalaya

Tio Datang Dan Endang Pun Hengkang

Tasikmalaya-Setelah berpolemik berkepanjangan tidak ada keharmonisan antara Walikota Tasikmalaya Drs H Syarif dengan Sekda H Ir Endang Suhendar,maka jalan suksesi pun di tempuh dengan dalih masa kerja Endang sudah lima tahun berkiprah.Setelah terkatung-katung tak bertepi hingga berbagai ragam controversial pertanyaan public pun bertanya siapa kelak penganti Endang bila benar hengkang.Akhirnya kini terjawab sudah dengan datangnya mantan peserta Pilkada calon Bupati yang kalah dari Majalengka Drs H Tio Indra Setiadi yang mengisi kursi sekda baru.

Dengan Keputusan Gubernur Jabar nomer 133/kep.778-BKD/ 2009 maka akhirnya Tio pun di lantik di Gedung Juang 45 Kota Tasikmalaya pekan lalu, sedangkan pemberhentian Endang berdasarakan nomer : 820/529/Kepeg :18 Mei 2009 sehingga Endang pun akhirnya hengkang ke kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jabar.Dalam pelantikan yang di boikot oleh anggota DPRD itu dan deputi yang mewakili Gubernur tersebut berlangsung meriah karena di hadiri semua unsure muspida, tokoh partai, alim ulama, pengusaha, tokoh masyarakat, ormas dan kepemudaan itu pun menjadi saksi utama suksesi sekda tersebut.

Sementara itu dalam sambutannya Walikota H Syarif mengatakan bahwa mutasi, rotasi, dan organisasi, baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta adalah merupakan hal yang biasa. Hal tersebut dilakukan selain dengan pertimbangan kebutuhan organisasi, juga dilakukan dengan mempertimbangkan pengembangan karir pejabat yang bersangkutan.Sedangkan kepada Sekretaris Daerah yang baru pihaknya mengucapkan selamat atas kepercayaan yang diberikan kepada saudara, serta selamat datang di lingkungan pemerintah Kota Tasikmalaya.Dengan keyakinan apa lagi telah ditempa oleh pengalaman hidup yang cukup, baik dalam lingkungan organisasi pemerintahan, maupun dalam lingkungan sosial kemasyarakatan dan tidak perlu memberikan arahan panjang lebar.”Kiranya cukup dengan do’a kami semua semoga selama saudara menjalankan tugas sebagai sekretaris daera, senantiasa diberikan kesehatan, kekuatan, bimbingan serta perlindungan Allah SWT.”Papar mantan Wakil Walikota itu.

Syarif juga menyinggung tentang Sekda lama bahwa saat ini Endang telah mencapai jabatan karir dan jenjang kepangkatan tertinggi di lingkungan pemerintah kota Tasikmalaya. Berdasarkan ketentuan yang ada, beliau tidak dapat mengajukan kenaikan pangkat ke jenjang kepangkatan yang lebih tinggi apabila beliau tetap berkarir di lingkungan pemerintah Kota Tasikmalaya. Oleh karena itu, untuk menciptakan peluang agar beliau dapat mencapai jenjang kepangkatan tertinggi, maka beliau dipandang perlu untuk mengembangkan karirnya di lingkungan pemerintah yang lebih tinggi atau dalam hal ini di lingkungan pemerintah provinsi Jawa Barat.

Tak lupa Syarif pada kesempatan itu, menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Endang atas jasa-jasa dan pengabdiannya selama melaksanakan tugas sebagai sekretaris daerah Kota Tasikmalaya, selamat jalan dan selamat berkarir di lingkungan pemerintah povinsi Jawa barat, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan, kekuatan dan bimbingan-nya, serta mengabulkan apa yang dicita-citakan oleh saudara beserta keluarga.

Pendapat lain di kemukakan pentolan dari Forum Aliansi Rakyat Tasikmalaya (FARAT) Drs Yan Ofis Suhada kepada Tadjuk bahwa sangat kontroversi seputar pengangkatan Tio itu karena seyogianya pencalonan itu harus ada criteria di samping jenjang karir,karena konon masa kerja sebagai PNS nya cuma satu tahun lagi alias mau pensiun,dirinya kuatir power yang di curahkan hanya tenaga sisa-sisa saja,padahal kan masih banyak potensi calon sekda putra daerah untuk di ajukan ke Gubernur.”Saya berharap pemilihan sekda itu bukan orang luar juga bukan orang yang sudah masuk gerbang pensiun,tapi seyogianya yang tahu juga kultur warganya serta bukan orang yang di buang ke Tatar Sukapura karena kalah dalam ajang Pilkada donk.”herannya.Ariska

Pasar Induk Cikurubuk Kian Semraut

Tasikmalaya-Sebagai Pusat Pasar induk tradisional terbesar di wilayah Priangan timur, seyogianya Pasar Cikurubuk bisa menata kerapihan juga ketertibannya agak bisa terjaga kenyamanan pembeli atau pengunjung yang akan berbelanja.Tapi justru kini kondisinya sangat memprihatinkan bahkan nampak semerawut, hal itu terlihat dengan semaraknya kehadiran para pedagang kaki lima (PKL) yang tumpah ruah memenuhi ke ruas jalan juga trotoar di sekitar pasar,terus para penarik becak yang juga mangkal tak beraturan, delman ikutan ngetem seenaknya juga meninggalkan kotorannya di tambah juga kendaraan umum jurusan yang ke arah Tasik Selatan dan angkutan kota jurusan Mangkubumi.Dengan jumlah pedagang kios sekitar 1.380 orang serta jumlah kios 2.772 yang terbagi 10 blok yaitu blok A terdiri jenis pedagang kelontongan,bumbu,sayuran,jamu,pakaian hingga sandal,untuk B terdiri sayuran dan hasil bumi dan C terdiri beras kelontongan sayuran kebutuhan rumah tangga,hasil bumi,daging juga ikan.Turut meramaikan Pasar itu juga dengan hadirnya para pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di empat lokasi,diantara yang berjualan di depan ruko,terus berjualan di mayagraha ,di terminal angkot dan PKL di dalam pasar.

Menurut ketua Himpunan Pedagang Pasar Tasikmalaya Cikurubuk (HIPATAS) H Ajat kepada Tadjuk mengatakan hal yang banyak di keluhkan pedagang itu adalah persoalan PKL di depan yang menyebar di ke seluruh area Pasar tersebut,karena kehadiran mereka itu secara tidak langsung bisa menghambat pembeli malas berbelanja ke kios pedagang di dalam pasar dan lebih enjoy belanja di luar kepada PKL dan bila tidak ada penertiban terhadap mereka di kuatirkan pedagang kios di dalam terancam gulung tikar.Mereka itu juga membuat semraut saja dengan tidak mengindahkan ketertiban juga kebersihan sehingga kondisi pasar terlihat tak terawat.Bukan hanya PKL yang di keluhkan pedagang tapi juga fasilitas yang ada di pasar itu tidak berfungsi dengan baik,contohnya atap bocor,sarana jalan rusak,dranaise tidak berjalan seolah tidak ada perbaikan sehingga pedagang kerap mengunakan dana pribadi yang di himpunan pedagang sendiri.”Kami sudah meminta pembenahan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) namun sayang sampai saat pun ini tidak ada realisasinya,”keluhnya.

Lebih jauh Ajat menuturkan bahwa pendapatan asli daerah (PAD) dari pasar cikurubuk itu sebesar Rp 800 juta per tahunnya dan pihaknya yakin PAD itu akan bisa bertambah bila pengunjung ramai serta pemkot menata serta membenahi fasilitas yang ada sekarang agar tidak terkesan kumuh juga semraut.Selain masalah fasilitas dan PKL para pedagang pun di hantui dengan masalah keamanan karena minimnya tenaga keamanan menjadi penyebab rawannya pencurian selama ini.

Kepala UPTD Pasar Cikurubuk Sugiarto menuturkan ada beberapa fasilitas yang saat ini di rasakan kurang yaitu masalah sarana kebersihan karena roda sampah saat ini ada 20 tong sampah sudah rusak,dengan jumlah petugas kebersihan 30 orang.Cukup sulit untuk menjadikan pasar betul-betul bersih juga tertib,mengingat para pedagang di pasaar itu sangat komplek karena berasal berbeda-beda dengan kebiasaan yang berbeda pula.Mengenai PKL pihaknya juga menarik retribusi sebesar Rp 300-500 per harinya.Sedangkan bagi seluruh pedagang yang menempati kios,retribusi dan abodemen yang di bayar tiap bulannya adalah Rp.8.500 hinga Rp. 40 ribu.”Dalam waktu dekat pemkot akan merencanakan untuk menata dan membenahi segala permasalahan yang ada di pasar ini,”terangnya.Ariska

Kepala UPTD Cihideung Akhirnya Minta Maaf

Tasikmalaya-Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Hj Tati akhirnya meminta maaf atas kejadian tempo lalu terhadap Tadjuk. Permintaan maaf itu di sampaikan langsung setelah adanya pertemuan di ruang kantornya baru-baru ini.Menurutnya saat itu dirinya sedang dalam kondisi sibuk menghadapi para kepala sekolah untuk menandatangani langsung sertifikasi yang harus selesai pada hari itu juga, sehingga dirinya berdalih tidak bisa menemui kuli disket yang akan bertemu dengannya pada waktu itu.Dirinya juga tidak bermaksud untuk secara tidak langsung melecehkan profesi rekan wartawan.

Sebelumnya sepak terjang Tati di indikasikan seolah melecehkan tugas pewarta saat akan konfirmasi mengenai dana BOS 2009 dengan memilih menghindar dan menghilang bak di telan bumi ketimbang di temui, hingga akhirnya prilakunya tersebut di kupas dalam bentuk berita di Koran Tadjuk pada edisi lalu.

Menurut Tati selama ini yang terjadi adalah miskomunikasi atau kesalah pahaman saja antara pihaknya dengan rekan pers.Untuk itu ke depannya nanti dirinya berjanji akan mengakomodir juga kooperatif terhadap rekan wartawan yang akan menemuinya selama dalam koridor tugas sebagai jurnalistik serta dirinya juga sadar sebagai pejabat public yang harus bisa menjalin komunikasi dua arah dengan semua media massa baik cetak maupun elektronik.” Karena disini peran pers itu di harapkan bisa berjalan sebagai kontrol sosial yang bisa kritis tapi etis sebagai mitra kerja dengan pemerintah.”harapnya.

Sementara itu pentolan dari Forum Aliansi Rakyat Tasikmalaya (FARAT) Drs Yan Opis Suhada mengemukakan bahwa dengan munculnya berita yang di ekpose sepak terjangnya pejabat bersangkutan itu merupakan pembelajaran bagi semua pejabat di lingkungan pemerintahan untuk bersikap kooperatif dengan pers,agar tidak ada lagi tercipta arogansi kekuasaan atau ego sentris birokratis.Apalagi dengan adanya Undang-Undang Pokok Pers nomer 40 semakin menguatkan peranan wartawan untuk bisa berkiprah untuk mencari sumber berita yang sesuai dengan fakta dan data untuk di publikasikan kepada publik.”Wartawan kan bukan momok yang menakutkan,tapi sebagai mitra kerja untuk bisa saling berkoordinasi serta bisa menghargai profesi masing-masing,”tegasnya.Ariska

Pemkot Tutup Mata

Ruas Jalan di Jadikan Pasar Permanen!

Tasikmalaya-Sejatinya eksistensi ruas jalan umum itu seharusnya di gunakan pengendara roda dua atau empat sebagai sarana penunjang untuk membuka akses transportasi dari tensi kemacetan, juga sebagai penghubung lalu lintas yang bisa di lewati oleh semua penguna jalan.Tapi sangat kontras fungsi jalan umum itu dengan apa yang terjadi di daerah sepanjang belakang matahari menuju mayasari Kota Tasikmalaya,justru keberadaan ruas jalan itu malah di salah gunakan sebagai lokasi penampungan pasar permanen yang kini eksistensinya telah di huni oleh banyak para pedagang untuk berjualan.Syahdan di antara mereka pun banyak yang menginap di lapak itu,tak ayal keberadaanya laksana rumah sendiri saja.Saking terkenalnya lokasi itu masyarakat pun menyebutknya sebagai Pasar Rel / Kojengkang sebab keadaanya mirip bak sebuah pasar tradisional pada umumnya.Ironisnya Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya pun seolah memberikan ruang bagi mereka untuk berjualan,karena terbukti tidak ada penertiban selama ini.Yang fatal ruas areal jalan itu di tutup bagi kendaraan roda empat untuk melintasnya,karena terlalu banyaknya di bangun lapak-lapak kumuh pedagang yang bertumpah ruah hingga menghabiskan ruas energi jalan tersebut,makanya areal jalan pun sempit karena sudah di penuhi para pedagang.Padahal sudah jelas ruas jalan itu seharusnya di gunakan sebagai sarana jalan lalu lintas umum,bukan di sulap untuk di jadikan areal pasar permanen.Dengan di tutupnya akses ke ruas jalan itu mengakibatkan terjadi penumpukan kendaraan roda empat di sepanjang arah dari Gunung Pereng,Mayasari Plaza menuju Gunung Sabeulah dan kemacetan merupakan potret buram yang menghiasi di setiap harinya.Anehnya Pemkot seolah tutup mata bahkan terkesan apatis terhadap semua kondisi tersebut.

Menurut Narto Hadikusumo salah satu warga setempat mengatakan kepada Tadjuk melihat kondisi tempat tersebut sangat memprihatinkan karena di samping eksistensinya bukan di peruntukan bagi pasar juga keadaanya semerawut serta kumuh,apa lagi bila terjadi hujan turun, keadaanya becek tergenang air cileuncang meluber di sekitar areal itu,karena aspalnya pun sudah banyak yang rusak, terus banyaknya lapak yang bocor dan yang paling fatal adalah menyengatnya aroma bau sampah yang di sertai banyaknya lalat yang berterbangan juga tikus-tikus besar bergentayangan mencari mangsanya.”Sekarang itu sudah benar-benar amburadul karena masing-masing pihak tidak punya kesadaran / kepedulian untuk bisa menjaga ketertiban, kebersihan juga kenyamanan sehingga tumbuh rasa tidak memiliki untuk menjaganya, padahal mereka itu sehari-harinya mencari sesuap nasi di wilayah tersebut,”paparnya.

lokasi itu dulunya lanjut Narto berdekatan dengan pasar tradisional (pasar wetan) sebelum semua pedagang di alokasikan ke Cikurubuk (Pasar Tradisional terbesar di Priangan Timur) dengan sistem tukar guling dengan Mayasari Group.Hingga akhirnya bekas areal pasar wetan itu kini sudah berdiri megah Mayasari Mall.Ketika semua pedagang pindah ke cikurubuk dengan mencicil kiosnya,ternyata banyak pula pedagang menuntut berjualan di areal ruas jalan itu dengan di fasilitasi oleh pemerintah, makanya timbul banyak pedagang berjualan di sana.Maka sejak pasca di relokasikannya Pasar Wetan ke Cikurubuk itulah sebagian pedagang berhamburan mulai berjualan di arela jalan itu.Tapi kehadiran mereka itu membuat para pedagang tradisional di Pasar Induk Cikurubuk merasa gerah karena banyak konsumen yang lebih enjoy belanja ke lokasi itu sebab arealnya sangat strategis berada di jantung kota ketimbang ke cikurubuk yang lokasinya jauh dari pusat kota.”Kalau terus di biarkan di kuatirkan para pedagang cikurubuk akan segera gulung tikar,”ungkapnya.

Sementara itu pentolan dari Forum Aliansi Rakyat Tasikmalaya (FARAT) Drs Yan Ofis Suhada yang di damping oleh Ir Yadi Bell mengatakan bahwa Pemkot selama ini hanya bisanya tebang pilih juga bermuka standar ganda, karena terbukti pemkot hanya bisa mengusur para pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di atas trotoar saja,tapi di sisi lain tidak punya nyali bertindak untuk menertibkan mereka yang jelas berjualan lama di ruas jalan umum yang notabene lebih fatal keberadaannya.Harusnya kalau mau berbicara keadilan tidak usah tebang pilihlah, karena di kuatirkan lambat laun akan terakumulasi menimbulkan tingkat kecemburuan yang mendalam.Sebab semua pedagang yang berjualan di atas trotoar,apa lagi di areal jalan umum tentunya sudah jelas menyalahi ketentuan aturan keindahan, kenyamanan juga ketentraman kota yang di telah tuangkan ke dalam peraturan daerah (Perda).Mereka yang berjualan di areal jalan itu ternyata juga di pungut retribusi sampah oleh Kantor Lingkungan Hidup selama ini,bahkan katanya seh dulu (ga tau sekarang?) di pungut juga retribusi perdagangan oleh Dinas Indag, karena keberadaan mereka itu di kategorikan sebagai pasar tradisional (meski eksistensinya di tengah jalan) yang menginduk ke pasar Padayungan dan Cikurubuk.”Seharusnya Pemkot segera merelokasi keberadaan mereka itu,jangan di biarkan terus berjualan di tengah jalan donk,karena sudah jelas jalan umum bukan tempat berdagang,apa lagi di klaim sebagai pasar tradisional segala.”tegas mantan aktivitis HMI itu.Ariska

Patung Rock n Roll Akhirnya di Robohkan!

Tasikmalaya-Setelah menuai kontroversi reaktif beragam dari berbagai element masyarakat yang memprotesnya, maka sebagai responsif Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya akhirnya merobohkan eksistensi patung rock n roll milik salah satu perusahaan rokok mild terkenal yang berada di perapatan Nagarawangi-HZ Mustopa-Tentara Pelajar itu.Pembongkaran tersebut sendiri di lakukan oleh pihak perusahaannya rokok itu dengan di bantu beberapa personel dari Satpol PP.Konon keberadaan monument yang melambangkan sosok pria bergaya rock n roll berbadan kurus dengan warna keemasan terus membawa gitar sambil mengacungkan kedua tangannya ke atas itu sangat kontras dengan identitas Kota Tasikmalaya yang notabene sebagai Kota Santri yang melekat selama ini.Dalam pembongkaran yang di kerjakan memakan satu jam itu tampak banyak warga yang penasaran menonton dari dekat,akibatnya terjadi kemacetan di sekitar lokasi tersebut.Selanjutnya patung tersebut akan di bawa ke cabang gudang perusahaan rokok yang peduli terhadap perkembangan dunia musik di tanah air itu.Selain keberadaanya di banyak di kecam publik juga menimbulkan polemik berkepanjangan, ternyata yang paling fatal eksistensi patung itu selama ini ternyata belum mendapatkan ijin untuk mendirikan bangunan sesuai Peraturan Daerah (perda) Penataan Daerah Nomer 14 Tahun 2004, juga Perda Nomer 15 Tahun 2004.

Menurut Kepala Satpol PP Hadi Riadi SIP yang turun langsung ke lapangan mengawasi Pembongkaran monument yang bergaya rocker itu,menuturkan kepada Tadjuk bahwa pihaknya mengaku sudah mendapatkan surat dari Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) untuk segera melaksanakan eksekusinya dan pihaknya berkoordinasi dengan perusahaan pemilik patung itu,hanya perusahaan rokok itu minta waktu untuk membongkarnya sendiri.

Sementara itu Ir.Prakoso Wicaksono salah satu warga yang kini bermukim di Cikurubuk Tasik tersebut mengatakan Patung rocker itu selain sudah menyalahi aturan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) juga tidak selaras dengan karakter warga Tatar Sukapura karena di visualkan patung itu dengan tubuh ceking, rambut panjang urakan, pake anting serta ada tatto seolah di indentifikasikan seorang pecandu narkoba yang di bungkus bak seorang musisi saja, padahal akan lebih haeroik lagi bila di tampilkan sosok figur patung pejuang nasional KHZ Mustofa atau Monument Koperasi (karena di kota Tasikmalaya lah pertama di dirikan koperasi di indonesia itu yang langsung di pelopori oleh Bung Hatta) serta kerajinan khas Tasik misalnya payung geulis,kelom geulis,batik tasikan atau anyaman lainnya yang sejatinya bisa menjadi icon kebangaan Tasik di mata publik.

Di tempat terpisah pentolan Forum Rakyat Tasikmalaya (FARAT) Drs Yan Ofis Suhada menandaskan sangat prihatin dengan sikap pemerintah yang terlihat gelagapan atas reaksi keras masyarakat tersebut,padahal seharusnya jauh sebelumnya berdiri monument itu harus di kaji terlebih dahulu atau di sesuaikan dengan karakter warganya, jangan sampai terjadi di belakangan itu menimbulkan reaktif warga.BPPT juga seyogianya bertindak cepat jangan lambat memberikan laporannya ke pihak terkait, kalau ada pihak investor nakal yang notabene melanggar aturanya, jangan hanya berpikiran itu untuk menambah pundi pendapatan asli daerah saja, mungkin hal itu merupakan pembelajaran saja buat ke depannya ”Jangan sampai setelah masyarakat resah juga gerah bahkan timbul amarah, baru pemerintah seperti kebakaran jenggot langsung membongkarnya dengan buru-buru berceloteh alasannya itu ilegal, kan lucu sudah di ketehui publik, pemerintah seolah buru-buru mencari kambing hitamnya toh,”terangnya.

Lebih lanjut juga dirinya menyingkapi kehadiran patung itu dengan jernih,karena patung itu kan lebih di apresiasikan sebagai salah satu bentuk seni yang merefresentasikan musisi.Karena selama ini tak di pungkiri lagi bahwa kota tasik sering di jadikan tempat konser group band papan atas dan terbukti animonya warga khususnya kawalu muda sangat antusias menyambutnya.Juga kalau memang Tasik mau menuju misi dan visi sebagai kota niaga termaju di Priangan Timur jangan alergi terhadap hal itu.karena dengan adanya monument tersebut, berarti Tasik bisa di sejajarkan dengan kota-kota metropolitan yang ada di Indonesia,mengingat patung tersebut hanya ada di kota-kota besar saja.Ariska.

Hujan Deras Menguyur Tasikmalaya

Konser Nidji Dan Project Pop Batal

Tasikmalaya-Ribuan Nidjiholic (fans Nidji) se-Tasik Raya (Kota Tasik, Kab Tasik, Garut, Ciamis, Banjar juga Pangandaran) di buat gigit jari, karena pertunjukan Pesta Bintang Coklat 2009 Nidji dan Project Pop di lapangan udara militer (Lanud) Wiriadinata Kota Tasikmalaya yang di jadwalkan pukul 20.30 sampai pukul 24.00 WIB di batalkan oleh pihak panitia yang di sponsori oleh salah satu produk rokok kretek terkenal itu.Dengan alasan guyuran hujan lebat sangat tidak memungkinkan untuk mengelar konser spektakuler yang konon tadinya selama pertunjukan akan di hiasi pesta kembang api, kerlap-kerlip sinar laser juga di sediakan dua monitor raksasa di atas panggung musik tersebut.Padahal penonton sudah nampak membanjiri areal yang sebentar lagi akan di jadikan bandara komersil itu sejak siang hari ,sehingga tak ayal terlihat memacetkan ruas jalan yang di dominasi kendaraan roda dua oleh anak baru gede (ABG) yang mayoritas berpenampilan rock n roll ala Giring (vokalis Nidji).

Menurut Rinas Cita salah satu cewek ABG pengemar Nidji kepada Tadjuk mengakui dirinya datang dari Garut itu dengan naik kendaraan roda dua, kedatangannya itu sengaja hanya untuk menonton group band yang popular membawakan lagu laskar pelangi itu bersama dengan puluhan temannya itu.Sementara itu Jayadilaga pengemar Project Pop juga Nidji datang dari Pangandaran bersama puluhan temennya dari komunitas Vespa pun sengaja pengen melihat langsung,karena selama ini dirinya cuma bisa melihat dari siaran TV saja.”Ini kan kesempatan bagi kita di daerah buat melihat mereka tampil secara live juga bisa meminta poto bersama serta minta tanda tangan mereka donk.”papar pria junkies tersebut.

Dari pantauan Tajuk dari siang tampak cuaca begitu bersahat tapi setelah menjelang senja mulai terlihat cuaca terasa mendung hingga awan pun segera memuntahkan hujan rintik-rintik ke bumi Tatar Sukapura itu, ternyata hal itu tidak menyurutkan api semangat para Nidjiholic yang ternyata bukan hanya di dominasi ABG saja, tapi juga nampak banyak pula penonton ibu-ibu yang rela membawa anak kecilnya untuk segera menyaksikan idolanya beratraksi di atas panggung, mereka bergerombol mulai antri membeli tiket seharga RP 15.000,- plus satu bungkus rokok sejak senja hari masuk tertib ke lokasi pertunjukan yang di jaga ketat oleh aparat Kepolisian juga TNI Angkatan Udara itu.Ketika masuk gerbang wahana terlihat begitu megahnya panggung raksasa yang di lengkapi dua monitor di samping juga nampak berjejeran stand-stand yang menjual produk rokok, minuman, yang mengelar game untuk memperebutkan hadiah juga merchandise Nidji, Project Pop dan yang tak kalah seru ada area kuliner khas untuk pengunjung dengan menu nama vokalis nidji itu yaitu nasi giring,pisang giring,tahu giring juga semua makanan yang beraroma giring ganesha.Panitia juga menyuguhkan bagi pengunjung untuk berfoto dengan print out dengan kedua band papan atas ibukota itu.Tak ketinggalan juga suguhan game The Unyeng Wheel Of Fortune hingga di orama mengvisualisasikan vokalis kribo zaman dulu sampai sekarang dengan parade kribonya.Bagi pengunjung yang datang sore menjelang petang itu di maanfatkan berkunjung ke stand pilihannya sendiri,sambil menanti ke dua idolanya tampil.Yang paling banyak menyedot pengunjung itu adalah pemilihan penyanyi bintang yang cuma di iringi keyboard sebagai pendamping untuk bisa berduet bersama Nidji juga Project Pop dan acara yang di prakarsai oleh station radio yang mengklaim identik kawula muda itu berlangsung cukup meriah apalagi di pandu hostnya cowok yang centil nan mungil.

Tepat pukul 08.00 WIB hujan laksana seperti dijatuhkan plus halilintar bergema dari atas cakrawala begitu lebatnya juga di sertai angin kencang menguyur lokasi tersebut, sehingga mendadak suasana menjadi mencekam juga kacau balau, karena aliran listrik pun padam seketika, hingga akhirnya suasana nampak gelap gulita dari tadinya terang benderang.Ribuan penonton pun rela basah kuyup ria karena kehujanan,juga banyak pula yang teriak-teriak mengumpat panitia mempertanyakan apakah konser akan di lanjutkan atau tidak. Karena belum ada jawaban resmi dari panitia banyak penonton berteduh di stand-stand sambil menunggu kepastian,bahkan ada juga yang langsung ke luar arena menuju parkir motor dan bergerombol. Juga terlihat para crew pun sibuk mengamankan peralatan elektroniknya dari guyuran air hujan yang menguyur deras tiada hentinya itu.Akhirnya ribuan penonton dengan wajah bermuram durja dengan sendirinya tertib membubarkan diri lewat pengawal ketat dari pihak aparat.

Sementara itu Denis salah satu crew yang di temui Tadjuk menandaskan, bahwa konser Nidji dan Project Pop di batalkan karena kondisi tidak memungkinkan seraya juga pihak panitia meminta maaf atas di batalkannya kepada penonton.Panitia juga berjanji bagi penonton yang telah membeli tiket akan diganti oleh panitia dengan menyertakan bukti tiket tersebut ke kantornya di jalan By Pass Ir H Djuanda.”Insya Alloh setelah pilpres Nidji dan Project Pop akan kembali lagi untuk bisa tampil di Tasik,”janjinya.Ariska

Warga Kujang Keluhkan Tarif KTP Dan KK Bervariatif

Tasikmalaya- Pemerintah di era globalisai juga transparansi ini bertekad untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi warga tanpa harus terbentur birokrat yang berbelit-belit sehingga masyarakat bisa mudah untuk mengurus segala keperluannya,itu paradigma yang harus di junjung tinggi juga di realisasikan oleh segenap aparaturnya tanpa terkecuali, tetapi apa yang terjadi Desa Kujang Kecamatan Cikoneng sangat kontras keadaannya, terbukti sejumlah warga mengeluhkan pungutan liar (pungli) yang di bandrol untuk pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) yang tarifnya bervariatif di lakukan oleh aparatur di kantor Desa Kujang selama ini, karena masyarakat ada yang di pungut Rp.70.000, tapi ada juga yang di minta Rp 60.000 tapi herannya konon kalau langsung pembuatannya itu ke Kantor Kecamatan hanya di bandrol harga relative murah Rp 20.000,- dengan di sertai kuitansi plus stempel juga nama tanda tangan petugasnya.Sungguh aneh tarif itu berbeda-beda nilainya, padahal sudah jelas di Peraturan Daerah (Perda) No 5 Tahun 2007 tertera bahwa pembuatan KTP itu hanya berkisar Rp 8.000,- dan KK sebesar Rp. 7.500,- ternyata sia-sia belaka selama ini pemerintah daerah dan wakil rakyat merumuskan berbagai kebijakan yang di tuangkan ke dalam suatu peraturan karena nyatanya di pandang sebelah mata oleh mereka dan yang paling tragis isi perda itu hanyalah di jadikan hiasan belaka tanpa di jadikan sebagai pijakan utama dalam melaksanakan perintahnya,meraka hanya berkilah demi mereguk untuk biaya administrasi sebagai upeti di instasi sebagai amunisi klise nya.

Fenomena itu yang membuat heran masyarakat itu mengapa tarifnya bervariatif antara satu dengan yang lainnya, sehingga warga mempertanyakan berapa harga yang resminya itu, seperti yang di keluhkan oleh salah satu sumber yang enggan di sebut jati dirinya dan mengaku di pungut sebesar Rp.50.000, saat pembuatannya tersebut kepada Tadjuk pekan lalu

Menurut dirinya bahwa selama ini warga banyak mempertanyakan pelayanan mereka itu seolah-olah bersikap birokratis, apatis bahkan cenderung berprilaku matrealistis bila warga membutuhkan segala urusan yang berhubungan dengan Desa atau Kecamatan padahal aparatur itu pelayan masyarakat dan dirinya serta masyarakat lainnya sudah gerah dengan ulah aparatur tersebut. Warga kan sangat membutuhkan segera KTP dan KK untuk segala keperluannya tanpa harus ada pungutan-pungutan yang sifatnya masih di pertanyakan legalitasnya karena hal itu jelas sangat memberatkan masyarakat sekitarnya serta yang paling penting kemana akhirnya muaranya uang tersebut,”Bila meraka minta uang dengan seiklasnya seh masih relevan lah,tapi bila mereka sudah di membandrol dengan harga tertentu,jelas hal tersebut sudah masuk koridor pemaksaan sepihak tanpa melihat kemampuan warga yang lainnya donk,” tegasnya seraya dirinya juga mempertanyakan apa dengan tarif tersebut itu aparatur itu bertindak sebagai makelar dengan menjual jasanya.

Sementara itu menurut Sekretaris Desa Kudjang Hendaryat kepada Tadjuk menerangkan bahwa pembuatan KTP juga KK itu pihaknya berpedoman kepada Perda saja dan tidak benar di pungut dengan tarif bervariatif karena semuanya berdasarkan prosedur yang berlaku selama ini.Pengajuan untuk pembuatan itu di mulai dari tingkat RT, RW, Desa selanjutnya ke Kecamatan diproses serta menunggu hasilnya selama 20 hari, bila tidak tepat waktu pembuatanya itu di karenakan biasanya pihak kecamatan komputernya sering error.Sesuai dengan Peraturan Desa (Perdes) bahwa pihak Desa, RT, RW juga Kepunduhan mendapatkan income ke kas masing-masing sebesar Rp 1000,- dari setiap warga yang membuatannya..Kalau pun pihaknya meminta untuk administrasi atau upah untuk uncag-incig kaditu-kadieu itu tidak memaksa dan hanya berdasarkan keikhlasan saja bukan di bandrol segala.”Mungkin saja selama ini ada orang yang ingin cepat selesai juga tahu beres terus menyuruh untuk mengurus ke sana kemarinya dengan menebak berani membayar lebih dari ketentuan perda itu,tapi hal itu tanpa sepengetahuannya.”terangnya.

Ketika Tajuk akan konfirmasi hal itu kepada Camat Cikoneng ternyata yang bersangkutan sedang ada kegiatan sosialisasi ke Desa Nasol dengan Sekretaris Kecamatan (Sekmat)dan yang nampak di kantor itu hanya beberapa staffnya yang enggan memberikan statement mengenai pembuatan ke dua kartu tersebut.Ariska

Pasar Pancasila Semerawut

Tasikmalaya-Pasar tradisional Pancasila sebagai etalase perdagangan di jantung Kota Tasikmalaya kini kondisinya nampak tidak elok lagi seperti dahulu kala,mungkin karena perkembangan era global yang membuat eksistensinya berubah karena tuntutan situasi juga kondisinya membuat kini keadaannya berbalik jadi semerawut.hal itu terlihat dengan semaraknya kehadiran 126 para pedagang kaki lima (PKL) yang tumpah ruah memenuhi ke ruas jalan juga trotoar di sekitar pasar yang masih sengketa masalah aset antara Kabupaten dan Kota Tasikmalaya tersebut,sehingga para penguna pejalan kaki hak nya di ambil alih.Belum lagi para penarik becak yang juga mangkal tak beraturan,terus delman ikutan ngetem seenaknya yang meninggalkan kotorannya di tambah juga kendaraan umum jurusan Tasik-Ciamis, angkutan kota jurusan Nagrog yang mangkal menghabiskan ruas energi jalan dari pagi hingga senja hari menunggu penumpang di pinggir jalan yang bertuliskan areal di larang parkir di bibir trotoar.Padahal kendaraan tersebut seharusnya ngetemnya di sediakan lahan di dalam terminal saja, terus lagi kendaaran truk muatan yang membongkar barang di parkiran seenak udelnya.

Yang paling fatal bila terjadi ada kereta api lewat maka terjadi penumpukan kendaraan yang berjejer panjang sampai perapatan lampu stopan sutisna senjaya dari arah selatan juga dari arah utara bergerombol kendaraan yang datang padahal dari arah utara itu di berlakukan satu arah dari pagi hingga senja hari,tapi nampaknya pengguna jalan seolah apatis tidak menghiraukannya.Mungkin karena tidak tahu rambu-rambu yang sudah di pasang atau memang pura-pura tidak tahu peraturannya ataukah mencari kesempatan dalam kesempitan dengan menerobos jalan pintas, makanya tak heran bila setiap waktunya meledak terjadi kemacetan lalu lintas ,mengingat ruas jalan tersebut kecil juga tak berubah tidak ada pelebaran jalan sampai saat ini pun karena mungkin terlalu padat pemukimannya, tapi di sisi lain juga tak bisa di pungkiri volume kendaraan terus bertambah di setiap waktunya sehingga akhirnya tidak berimbang dengan perspektif kondisi yang ada.

Menurut Nanang salah satu warga pancasila mengatakan kondisinya sekarang itu sudah benar-benar amburadul karena masing-masing pihak tidak punya kesadaran / kepedulian untuk bisa menjaga ketertiban, kebersihan juga kenyamanan sehingga tumbuh rasa tidak memiliki untuk menjaganya, padahal mereka itu sehari-harinya mencari sesuap nasi di wilayah tersebut dan kebanyakan mereka itu sebagai pendatang saja hanya untuk berdagang serta tidak bermukim, karena lokasinya sangat stategis di tengah kota serta banyak di lalui angkutan kota (angkot) sehingga banyak pengunjung yang datang di setiap waktunya.baik itu dari Tasik maupun dari Ciamis,Banjar juga Pangandaran ”Saya rasa pemerintah segera ikut memperhatikan kondisi tersebut serta bertindak untuk membina mereka secara kontinyu jangan di biarkan terus, mengingat Pemkot saat ini sedang mengupayakan juga mengalakan untuk bisa meraih Piala Adipura, kalau kondisinya kaya begitu terus bagaimana mendapatkan piala prestisius tersebut donk. ”tegasnya.

Selama ini dirinya sebagai salah satu warga setempat merasa gerah kalau berangkat kerja serta pulang ke rumah karena ruas jalan di sekitar areal pasar itu menjadi sempit juga terhalang dengan kehadiran mereka itu, sehingga terkadang sering terhambat,apa lagi kalau musim hujan tiba sampah berhamburan juga banjir cileuncang tak karuan menimpa warga yang ikutan kena getahnya, belum lagi banyak tikus liar nan besar yang bergentayangan dari pasar yang eksodus ke pemukiman warga serta banyak nya berdatangan orang gila berlalu lalang tanpa memakai busana sambil tertawa-tawa menganggu ketentraman warga sekitarnya.Syahdan katanya Pasar Pancasila itu akan segera di relokasi ke daerah Cibeureum, karena aset itu masih milik Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Tasikmalaya yang minta kompensasi ke Pemerintah Kota (Pemkot) tapi bila Pemkot tak mampu akan di jual ke pihak investor hingga eksesnya kini para pedagang tersebut itu di landa resah nan gelisah.Apalagi sebentar lagi tinggal menghitung hari akan di launching Hamas Plaza (Pasar Moderen) tepat bersebelahan lokasinya tersebut.Ariska

Oknum Guru Disinyalir Menipu

Sukwan 14 Juta!

Tasikamalaya(Tadjuk)-Eksistensi seorang guru idealitasnya adalah memberikan suri teladan positif terhadap semua orang,karena guru itu terminologi di gugu juga di tiru dan peran guru merupakan mercusuar seorang pendidik idealis yang selalu mengjungjung tinggi nilai-nilai moralitas juga guru itu merupakan ujung tombak untuk mencetak kader teruna bangsa untuk kelak bisa berguna bagi negara,tapi paradigma di atas itu ternyata menutup mata seorang oknum guru di salah satu SMPN di Kota Tasikmalaya yang berinisial DN yang disinyalir nekad melakukan tindak kejahatan penipuan terhadap guru sukwan yang bernama Dewi salah seorang korban warga penduduk nyantong Tasikmalaya.

Menurut korban kepada Tadjuk mengemukakan bahwa kejadiannya itu sudah lama berjalan yaitu pada 2003 saat dulu dirinya berambisi untuk di angkat menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena selama ini tercatat sudah mengabdi lama menjadi seorang guru sukwan di salah satu SD di Cikalang, karena sudah lama jadi sukwan maka timbul keinginan untuk merubah statusnya itu ke arah masa depan yang lebih jelas yaitu kepastian untuk pengangkatan langsung sebagai PNS, tapi dirinya bimbang dengan cara apa yang harus di tempuh untuk merengkuh asanya itu,tapi tiba-tiba muncul lah DN laksana seorang dewa penolong yang di kenalkan oleh salah satu familinya,karena syahdan oknum guru itu dengan penuh rasa percaya diri juga dengan tutur kata yang menyakinkan langsung menawarkan jasa bisa memenuhi aspirasi korban,sebab katanya oknum itu banyak punya relasi di pusat sehingga bisa mudah melicinkan keinginannya untuk segera bisa menjadi PNS, tentunya mendengar hal itu korban langsung sumringah menyambut kehadirannya itu karena pikirnya cita-citanya bisa terwujud segera, melihat korban begitu antusias dengan tawarannya itu akhirnya DN berlaga seorang diplomatis mengajukan beberapa syarat di antaranya minta uang pelicin sebesar Rp 20 juta untuk bisa memuluskan keinginan korban tersebut,konon duit itu katanya buat di bagi-bagikan ke relasi yang ada di jakarta sebagai kompensasinya juga buat dirinya sebagai makelar,mendengar uang sebesar itu korban pun keberatan karena tidak mempunyai nilai sebesar itu,tapi akhirnya terjadi negosiasi terus langsung di sepakati Rp 14 juta, korban pun membayar beserta kuitansi di atas materai.”Saat itu saya sudah optimis juga berharap dengan tawaran DN itu,agar segera bisa terealisasi obsesi yang di tunggu tersebut,”tuturnya.

Lebih lanjut korban menandaskan bahwa DN berceloteh menjanjikan akan segera terbit datangnya SK itu paling lama selama dua bulan serta menyuruhnya bersabar menunggu dalam penantiannya,tetapi setelah sabar di tunggu bikin jemu hingga waktu yang di janjikan tersebut ternyata tidak ada kabar sedikitpun hingga tak terasa sudah hampir 7 tahun berjalan SK pun tak pernah bertepi ke genggaman korban dan sampai sekarang pun korban statusnya masih seorang guru sukwan,justru uang 13,5 juta malah amblas di peras oknum itu, bahkan DN pun sudah tidak nampak batang hidungnya kini alias seperti di telan bumi raib entah kemana, baik bertemu atau komunikasi juga kabarnya rumah keluarganya pun pindah secara misterius,serta yang ironisnya oknum itu juga jarang masuk kerja sebagai salah seorang pengajar di salah satu SMPN Kota Tasikmalaya.

Setelah mengetahui belang oknum itu korban sangat terpukul karena dirinya hanya menjadi mangsa penipuan dan dirinya sudah berupaya untuk bertemu DN serta minta pertanggung jawaban atas ulah prilakunya itu,tapi usahanya itu selalu menemui jalan buntu karena oknum itu ternyata sangat lihai juga piawai untuk menghindarnya dan jalan terakhir yang telah di tempuhnya melaporkan ke pihak Dinas Pendidikan (Disdik) untuk bisa memanggil oknum itu juga dengan harapan minimal bisa diselesaikan dulu secara internal sebelum kasus ini merebak ke pihak eksternal karena DN ini sudah masuk kategori indisipliner aparatur PNS bahkan cenderung lebih kental berbau kriminalitas melakukan perbuatan tindakan pidana,tetapi anehnya pihak Disdik pun seolah apatis tidak mengubris laporan itu dan sebagai langkah terakhir dirinya akan melaporkan ke pihak yang berwajib untuk segera memprosesnya.ARISKA


Oknum Petugas PT KAI

Di Duga Melakukan Pungli


Tasikmalaya-Meski ada anjuran dari Mentri Perhubungan (Menhub) terhadap semua petugas yang berada di jajarannya agar tidak di perkenankan memunggut uang sepeser pun yang tidak jelas muaranya kepada masyarakat, tetapi ternyata ada saja segelintir oknum yang menutup mata juga menutup telinga terhadap anjuran itu, hanya demi meraup keuntungan pribadi dengan mengorbankan korps sendiri di mata publik dan seolah instruksi menhub itu bagai anjing menggongong kafilah berlalu, hal itu kini di pertontonkan oleh segelintir oknum petugas PT KAI stasiun Tasikmalaya yang di sinyalir sering melakukan pungutan liar (pungli) dengan modus meminta uang peron tanpa karcis sepotong pun kepada penumpang yang sudah membeli tiket, padahal sejatinya kalau penumpang sudah membeli tiket tidak di haruskan membeli peron lagi kecuali ada kerabat atau sejawat yang ikut mengantar ke arel stasiun tersebut,jelas hal itu kerap mereka lakukan dari pagi hingga menjelang dini hari secara bergantian dan korbannya adalah sejumlah penumpang yang sering mengunakan jasa kereta api yang menuju ke Jawa Tengah,Jawa Timur ataupun ke Bandung dan Jakarta.

Hal tersebut di kemukakan Handoyo salah satu pria yang bergelut dengan bidang bisnis bordir juga batik yang sering berlangganan mengunakan jasa kereta api dari Tasik ke Solo di setiap takhir pekannya kepada tadjuk baru-baru ini.Menurut Handoyo dirinya gerah dengan ulah yang terjadi di stasiun Tasik itu karena selama beberapa kali berkunjung ke stasiun di Solo,Jogya bahkan Surabaya selama dirinya membeli tiket legal tidak pernah di minta lagi oleh petugas penjaga di pintu masuk itu, asal bisa memperlihatkan tiket untuk di periksa dan kalau pun dirinya mengantar kerabat di stasiun lain pasti di tagih peron dengan bukti ada karcinya akan tetapi yang terjadi di Tasik itu sangat kontras dengan kota lainnya,aneh saja sudah membeli tiket, terus setelah kita mau masuk di wajibkan harus membayar secara paksa oleh oknum itu dengan dalih untuk membayar peron tanpa di beri karcis sepotong pun dan itu sudah jelas indikasi perbuatan pungli secara sistematis dan banyak penumpang lainnya mengeluhkan prihal tersebut karena jelas ini sangat merugikan konsumen dan kebanyakan korban itu penumpang yang sering naik kereta api standar ekonomi pagi Pasundan, Serayu ataupun kereta malam Kahuripan dan Sawung Galih terkadang juga konsumen yang naik kereta eksekutif bisnis malam pun tak luput mereka perdayai, karena konon katanya kalau malam oknum petugas itu lebih leluasa memperdayai calon penumpang karena lepas pantauan dari atasannya,coba kalkulasikan berapa ratus jumlah penumpang pengguna kareta api yang akan berpergian di setiap harinya, apa lagi kalau sedang ada libur cuti nasional, libur sekolah atau lebaran dan tahun baru, penumpang kan sangat padat.”Jangankan saat libur atau Lebaran di regular saja penumpang dari Tasik itu terkenal sangat membludak terutama yang berprofesi mahasiswa, pedagang, buruh atau yang sekedar dolan-dolan untuk menuju Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur,”paparnya.

Lebih lanjut pria berpenampilan dandy itu menandaskan bahwa seyogianya pihak terkait PT KAI segera bertindak dengan nyata atas prilaku oknum tersebut karena kalau terus di biarkan kuatir akan terjadi preseden negatif terhadap institusi perhubungan yang berada di wilayah Daop II Bandung itu dan seharusnya Kepala Stasiun berperan serta untuk inspeksi mendadak (sidak) sambil memonitor anak buahnya jangan hanya menerima laporan Asal Bapak Senang (ABS) guna untuk menjaga reputasi institusi tersebut dan seharusnya perusahaan yang dulunya bernama PJKA itu harus bisa memberikan pelayanan optimal terhadap konsumennya sebab kereta itu merupakan sarana transportasi murah-meriah bagi masyarakat yang sering mengunakannya dengan rasanyamanjugaaman.

Sementara itu di tempat terpisah Kepala Stasiun Tasikmalaya Endang Trianto mengatakan bahwa dirinya baru mendengar informasi itu karena memang tidak di perkenankan bila calon penumpang sudah membeli tiket di haruskan juga membeli peron terkecuali bila yang mengantarnya dan mungkin saja ada juga calon penumpang itu belum membeli tiket terus mereka memaksa pengen masuk ke dalam areal stasiun otomatis berarti harus membeli peron dan kalau pun memang ada oknum anak buahnya yang melakukan praktek tersebut dirinya akan segera bertindak dengan tegas.”Saya akan terus memonitoring mereka,terutama di malam hari yang terkadang luput dari pantauan selamaini.(Ariska)

8 Mobil Dinas Pejabat Nomernya Di Gandakan
Tasikmalaya-Syahdan kalau dulu itu para pejabat yang bisa menikmati kendaraan operasional dari plat merah di ganti ke plat hitam itu hanya segelintir element Muspida saja,tapi kini para pejabat tingkat eselon II atau Kepala Kantor pun ternyata bisa juga memakainya dengan leluasa dan buktinya sebanyak delapan mobil pejabat teras Kabupaten Tasikmalaya nomer polisinya kini di gandakan menjadi dua antara plat merah dan plat hitam di antara para pejabat yang mengunakannya itu adalah Kepala BKPLD, Kadisdik, Kadis Hutbun,Asda I, II, III, Kasatpol PP juga Kepala Kesbang dan untuk plat eselon II itu berakhiran NK sedangkan untuk kepala kantor PN.

Menurut Kasatpol PP Kabupaten Tasikmalaya Ali ketika di temui Tadjuk mengemukakan bahwa tujuan ada pengandaan nomer itu adalah untuk melaksanakan tugas yang sifatnya off the record,misalkan dirinya yang akan melakukan investigasi ke lapangan untuk operasi miras ataupun prostitusi dalam rangka untuk menegakan peraturan daerah (Perda), kalau mengunakan mobil plat merah pasti mudah di ketahui oleh pelaku karena terbukti selama ini selalu nihil dalam swiping tersebut,sebab informasi yang berkembang dari mulut ke mulut menjadi salah satu aspek penentu mobil plat merah gampang di indentifikasinya,akan tetapi bila mengunakan mobil berplat hitam terbukti bisa leluasa merazia barang bukti minuman keras yang di curigai terdapat di toko, kedai dan warung-warung yang biasa menjual secara sembunyi kepada masyarakat selama ini.

Penguna mobil tersebut lanjut Ali harus ada ijin dari Sekretaris Daerah (Sekda) dan dari Inspektorat jadi pemakaiannya juga harus ada kebijakan dari pimpinan karena satu tahun sekali selalu di perbaharui termasuk izin dari Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat,Polres juga Samsat yang bersangkutan serta ada kekuatan payung hukumnya dan pemakainya pun tertentu tidak harus tiap waktu di gunakan,terkecuali bila ada hal-hal moment tertentu saja,jadi kalau reguler pergi ke kantor biasa normative memakai nomer platmerah.

Sementara itu di tempat terpisah salah satu pentolan Forum Aliansi Rakyat Tasikmalaya (FARAT) Drs Raka Lakirabi mengatakan sangat aneh bila para pejabat kini rame-rame minta di bikin mobil berplat hitam,apa tujuan mereka seh?apa meraka tidak mau juga malu sepak terjangnya tercium oleh publik?jangan-jangan nanti semua pejabat eselon II dan III ikutan antri minta di buatkan plat hitam juga dan yang heran kenapa pula harus ada tugas yang sifatnya tertutup segala,bukakah mereka itu pejabat publik yang notabene melayani dan harus di ketahui oleh masyarakat, karena kendaraan itu uangnya dari kontribusi rakyat dan seharusnya semua kendaraan milik pemerintah baik itu roda dua atau empat itu harus di beri tulisan terpampang di body mobil atau motornya misalnya kendaraan operasional dinas anu atau kepala kantor apa, agar masyarakat bisa tahu juga tidak di salah gunakan untuk kepentingan yang lainnya, karena sudah bukan rahasia umum lagi bila kendaraan itu sering di gunakan untuk oleh pejabat yang bersangkutan untuk keperluan keluarga atau di luar kepentingan pekerjaan kantornya.”Contoh yang paling bagus bisa di lihat di daerah Majalengka,Kuningan atau Sumedang yang di setiap kendaraan itu terpampang ada tulisan nama dinas atau kantor yang bersangkutan dan itu sudah berjalan secara sistematis juga mendapat apresiasi positif dari semua element masyarakatnya.”tandasnya.ARISKA

Wartawan Uka-Uka Bergentayangan Di Tasik

Tasikmalaya-Seiring dengan pertumbuhan evolusi demokrasi juga transparansi dalam era globalisasi yang kini kian mengkristalisasi juga di tambah dengan di hapusnya Surat Ijin Penerbitan Pers (SIUPP) pada masa Menpen M Yunus pada waktu itu,seolah memberi peluang angin segar bagi lahirnya koran-koran baru itu dari rahim orde reformasi seolah laksana cendawan di musim hujan untuk berkiprah, namun sayangnya eksistensi media cetak itu hanya bertahan seumur jagung juga sebagai pengembira di saat era reformasi berkibar saja, so akhirnya banyak pula yang gulung tikar karena tidak berdaya menghadapi gelora persaingan yang begitu kompetitif dan lucunya meski media nya sudah kolap akan tetapi ternyata masih banyak juga wartawan media yang bersangkutan itu bergentayangan secara leluasa juga dengan bangganya mengantungkan pers card di dadanya sebagai jati diri,padahal keberadaanya tidak jelas seperti apa wujud dan bentuk rupa koran serta tulisannya dan hal itu di tandaskan oleh salah satu sumber yang enggan disebut jati dirinya kepada Tadjuk pekan lalu.

Menurutnya dirinya prihatin dengan eksistensi mereka itu yang kini sudah bukan rahasia umum lagi marak di Tasikmalaya dan yang jelas mereka itu bukan mencerminkan seorang jurnalis untuk mencari,mengolah,menyusun dan membuat berita berdasarkan fakta dan data yang terjadi di lapangan sebagai salah satu element sosial control untuk memberikan informasi yang valid terhadap publik tapi kini justru malah dinodai tugas mulia seorang wartawan itu dengan ulah mereka yang melakukan pelacuran profesi secara kasat mata, seolah mereka itu berlaga seorang jurnalis sejati untuk mencari berita yang tak kenal lelah dari pagi hingga menjelang senja tiba di setiap waktunya, padahal mereka itu di terminologikan sebagai komunitas CNN (Can Nulis-Nulis) karena secara logika mau menulis bagaimana?wong korannya saja sudah kolap, Syahdan eksistensi mereka itu tiap hari masuk keluar ataupun kongkow di tiap instansi pemerintahan untuk bertemu dengan pejabat dengan alasan untuk interview tapi ternyata malah curhat tentang masalah finansialnya ataupun ada juga yang nekad menunggu para Camat, Kepala Sekolah, Kepala UPTD atau para Kuwu dari daerah yang sedang bertandang ke induk kantornya untuk segera di minta jasprem sebongkah rupiahnya dan yang mereka tunjukan saat itu hanyalah amunisi pers card yang sudah usang saja,tidak bisa menunjukan identitas korannya apalagi bentuk tulisan sendiri, mungkin saja secara kebetulan ada beberapa pers card nya masih tersisa berlakunya,jadi mereka bisa leluasa untuk pasang aksi sejenak, tapi yang lucu juga terasa geli ada juga salah satu tabloid yang sudah mati terkubur lama ternyata pers card nya berlaku untuk seumur hidup,ini layak untuk segera masuk MURI!.”Aktivitas mereka sudah keluar dari rel kode etik jurnalistik selama ini dan kalau terus di biarkan saya kuatir akan merusak reputasi wartawan yang sebenarnya,”paparnya.

Lebih lanjut dirinya juga heran dengan komunitas itu karena terkadang mereka tersebut dari pagi mulai masuk kantor sampai bubaran jam kerja pun betah stay tune di salah satu kantor pemerintahan itu dengan style sibuk mondar mandir menelusuri setiap jengkal ruangan yang ada,apa lagi kalau sedang ada event proyek pembangunan seolah memonitoring aktivitas yang ada,apakah mereka itu tidak mencari berita ataukah sedang mengincar seseorang ataukah bertindak sebagai watchdog dari pihak terkait atau justru malah minta jatah kue proyek tersebut dengan mencari sekecil kesalahan apa pun dengan dalih akan di ekpose dan apakah semua wartawan itu harus terdaftar di humas sebagai salah satu induk mitra kerja yang berkompeten untuk meliput di suatu daerah, karena konon humas pun kewalahan dengan munculnya fenomena wartawan uka-uka itu.

Sementara itu di tempat terpisah salah satu pemerhati pers Rawingkanu mengatakan bahwa tupoksi wartawan itu sudah jelas yang berkaitan dengan pemberitaan yang proposional juga professional dan kalau pun ada pihak-pihak yang merasa di rugikan oleh tindakan criminal oleh mereka untuk segera lapor saja ke pihak yang berwajib.(Ariska)

Oknum Inspektorat Disinyalir

Melakukan Pungli

Tasikmalaya-Sungguh tragis institusi Inspektorat Kota Tasikmalaya yang sejatinya berfungsi untuk mengawasi dan menjaga aparaturnya agar tidak berbuat tak terpuji dalam melaksanakan tugas kerjanya,ternyata malah di nodai oleh segelintir oknum yang di duga nekad mengkebiri fungsi sebenarnya dengan leluasa melakukan perbuatan pungutan liar (pungli) terhadap rekan jasa konstruksi dengan dalih klise yaitu untuk memperlancar serta mempercepat proses administrasi bagi para pemborong juga terjadi di saat para rekanan mengajukan check list ke lapangan banyak mengeluh karena mereka meminta upeti dengan jumlah sangat variatif tergantung besaran nilai proyeknya selama ini, cara itu banyak di keluhkan oleh para rekanan jasa konstruksi,karena hal tersebut bisa menjadi preseden yang buruk hingga di kuatirkan bakal turut menyuburkan aroma KKN secara sistematis,padahal pemerintah kota (Pemkot) saat ini sangat gencar memberangus virus tersebut, tapi ironisnya justru yang terjadi sekarang itu di lembaga yang dulu namanya Bawasda tersebut di biarkan seiring waktu berjalan karena syahdan katanya bisa mereguk nilai rupiah dengan sekejap mata memandang ,makanya tak heran bila kantor itu oleh para rekanan saat ini di beri label sebagai sarang pungli meski di lakukan oleh segelintir oknum saja.

Hal itu di kemukakan oleh Koordinator Press Participatory Budgeting Forum (PPBF) Tasikmalaya Drs Indra Mulyadi yang juga di dampingi oleh Sekretaris Ir Saefudin Zuhri kepada Tadjuk pekan lalu.Menurut Indra pihaknya sangat prihatin dengan kondisi itu karena secara kasat mata Pemkot sangat progresif membuat spanduk di mana-mana dengan tulisan yang cukup besar yaitu “Utamakan Kejujuran” belum lagi di tambah dengan stiker yang bertebaran di setiap kantor juga dinas,akan tetapi ternyata implikasinya sangat kontradiktif yang terjadi di kantor tersebut dan yang paling memalukan juga menyakitkan perasaan warga kota adalah terjadinya pungli itu disinyalir di lakukan oleh oknum berinisial DDN,HRS dan ODG yang terang-terangan meminta upeti tergantung nilai kue proyeknya dan bila kue proyek nilainya itu Rp 40 juta untuk Penunjukan langsung (PL) pemborong harus merogoh sebesar Rp 300.000,-per pemborong sedangkan kalau proyeknya di atas 100 juta maka di wajibkan secara de fakto harus menyetor kocek sebesar I juta per pemborong,coba hitung dan bayangkan berapa keuntungan mereka serta hitung juga berapa jumlah rekanan di Tasikmalaya yang telah masuk perangkap ilegalnya yang nyata-nyata hanya mengeruk keuntungan pribadi semata dan hal itu jelas sangat merugikan juga mencoreng kredibilitas minor di mata publik terhadap lembaga pengawasan tersebut yang kini justru berubah menjadi harus di awasi oleh semua element padahal mereka tersebut notabene sebagai aparatur yang selayaknya bisa melayani masyarakat secara optimal juga bisa menjunjung tinggi profesionalisme dalam bekerja tanpa meminta imbalan sepeser pun karena mereka sudah di gaji dari uang rakyat.”Dari hasil temuan,kami meminta pihak berkompeten DPRD maupun Walikota yang notabene sebagai Kepala Daerah untuk bisa membuka mata juga membuka telinga agar segera menindaknya,karena kegiatan mereka itu sudah berjalan lama juga terorganisir secara rapih”tuturnya geram.

Lebih jauh Indra menandaskan bahwa sebelumnya pihaknya telah melayangkan beberapa surat ke instansi itu terkait prihal di atas tersebut tapi sampai saat itu pun belum ada jawaban yang pasti juga tidak ada itikad baik untuk merespon,padahal pihaknya sebagai salah satu social control memberikan input positif serta ingin mengetahui sejauh mana tindakan dari instansi itu bila ada laporan secara tertulis dari element masyarakat yang menyangkut kinerja aparaturnya yang jelas sudah berbuat di luar rel aturan yang ada.

Sementara itu ketika Tadjuk akan mengkonfirmasikan hal itu ke Kepala Inspektorat Kota Tasikmalaya Farid ternyata yang bersangkutan sedang tidak ada di tempat (Ariska).

Kepala Inspektorat Bantah Statement PPBF

Tasikmalaya-Kepala Inspektorat Kota Tasikmalaya Farid SH membantah statement tuduhan Press Participation Budget Forum (PPBF) dan penegasan itu di kemukakan sebagai wujud klarifikasi dari segala bentuk tudingan minor selama ini untuk menjaga keutuhan reputasi juga kredibilitasi di mata publik guna meluruskan segala pemberitaan yang berpijak pada azas praduga tak bersalah,karena makna dari publikasi tersebut dapat menimbulkan penyesatan pencemaran nama baik serta berkonotasi sebagai esensi pembunuhan karakter terhadap instansinya.Hal itu berkaiatan dengan pemberitaan yang dilangsir pada Tadjuk edisi pekan lalu yang di mana segelintir oknum anak buahnya disinyalir melakukan kegiatan pungli terhadap rekanan jasa konstruksi selama ini

Menurut dirinya hal itu tidak benar juga tidak terjadi sama sekali di kantornya selama ini sebab pihaknya sedang menelusuri juga mempelajarinya karena kasus itu terjadi jauh saat dirinya belum pindah ke kantor itu dan dirinya juga sudah memanggil ke tiga orang itu serta cross-check ke lapangan dan ternyata hasilnya tidak ada indikasi kepada tindakan tersebut,kalau pun memang ada indikasi pungli itu,dirinya sebagai pucuk pimpinannya akan segera bertindak tegas sesuai dengan aturan yang berlaku, karena itu sudah menyangkut prinsip indisipliner aparaturnya.”Itukan terjadi saat dulunya namanya Bawasda dan berganti nama itu 1 januari 2009 menjadi Inspektorat,jadi hal tersebut waktu anggaran yang lama sedangkan yang baru kan belum berjalan,”papar mantan sekwan tersebut kepada Tadjuk pada pekan lalu.

Lebih lanjut dirinya seluruh stafnya sudah jelas di wanti-wanti agar tidak di perkenankan meminta dan menerima uang pelicin dari setiap warga yang sedang mengurus keperluannya,baik itu rekanan jasa konstruksi atau pun dengan siapa saja,bahkan dirinya juga menginstruksikan agar bekerja secara profesional juga proposional untuk melayani masyarakat dan kalau pun memang ada anak buahnya yang nakal juga terbukti, dirinya tidak segan-segan untuk menindaknya dengan tegas sesuai dengan ketentuan aturan yang berlaku,karena eksesnya hal itu dapat mencoreng reputasi di mata publik.”Pembinaan itu sudah di tanamkan sejak dini kepada seluruh staff, jadi saya percaya mereka tidak mungkin untuk berbuat begitu dan saya selaku pimpinan bertanggung jawab untuk selalu memonitor mereka ”. paparnya.(Ariska)

Dedi Petir, Pedagang Nasi Tutug Oncom

“Merintis Usaha Sebagai Kuliner

Ungulan Khas Tasik”

TASIKMALAYA- Kegigihan memang merupakan salah satu indikasi kunci dari segala esensial keberhasilan yang tak pernah lekang di terkam sang waktu dan hal itu dibuktikan oleh Dedi (50). Bapak empat anak ini sukses berdagang nasi tutug oncom di tenda 5 x 3 pinggiran jalan di kawasan dadaha kota Tasikmalaya samping kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan meniti usaha yang dirintis sejak akhir tahun 1996 dimana saat itu kota santri tengah dihujam chaos yang berbau rasial, tapi justru dirinya berangkat dari sanalah mulai mengeliat berdagang makanan yang identik dengan trade mark komunitas marjinal tatar Sukapura itu dan rasanya kurang afdol bila ke Tasikmalaya tanpa mencicipi makanan tersebut. Entah bagaimana ceritanya, Nasi TO alias Tutug Oncom, naik peringkat menjadi makanan kegemaran masyarakat dari segala lapisan. Padahal menilik sejarahnya, nasi tutug oncom, yang merupakan campuran Nasi dengan oncom bakar adalah makanan jaman susah. Waktu rakyat dan negara kita masih kesusahan. Terutama di jaman orde lama, saat harga beras dan minyak melangit dan sekarang, nasi TO telah menjadi salah satu kuliner unggulan khas Tasik

Merintis membuka usahanya bermula saat dirinya terkena panah PHK (putus hubungan kerja) sebagai Warung Nasi Tutug Oncom salah satu karyawan konveksi di sebuah perusahaan di Jakarta , hingga akhirnya mudik ke tanah kelahirannya. Selanjutnya untuk menunjang kelangsungan keluarganya, dirinya dan sang istri berembuk untuk buka usaha hingga akhirnya terpilih alternatifnya berjualan nasi tutug oncom (nasi hangat yang dicampur oncom di tambah lauk pauknya bakwan, gorengan, tahu, tempe ditambah dengan sambal hijau serta goang dan labab-lababan yang segar) dengan modal awal sebesar 100 ribu saat itu dirinya dengan gigih bekerja keras berjualan dari mulai pukul 14.00 sampai dengan 19.30 WIB.

Mengingat itu debut awal berjualan makanya tak heran konsumen pun masih bisa dihitung dengan jari meski sepi tapi hal itu tak membuatnya surut obsesinya justru dijadikan modal awal dari sebuah warna perjalanan usahanya agar dapat bisa mereguk kesuksesan dikemudian hari dan seiring sang waktu berjalan maka lambat launpun usahanya mulai mengeliat banyak konsumen yang berdatangan. Masakannya bukan hanya digemari oleh para warga pribumi saja melainkan warga Tionghoa pun menggemarinya termasuk dari kalangan orang asing dari Singapura pun di kenalnya juga bahkan juga pangdam Siliwangi dan mantan Gubernur Jakarta Sutioso (Bang Yos) pun pernah mencicipi masakannya saat berkunjung ke Tasikmalaya.

Untuk melayani para pelanggan itu menurut Dedi dibantu dengan setia oleh anak istrinya menyiapkan keperluan yang berupa nasi sekitar kilo, oncom, kencur, bawang merah putih, dan terigu, tempe, tahu, minyak goring, blue band, santan, bumbu penyedap, terus bahan sambal cabe, garam, tomat, kemiri dan lalab, leunca, anewi, dan mentimun semua bahan mentah itu dimasak di rumah sehingga ketika di lokasi sudah siap saji dengan dijual harga satu porsinya Rp. 2.500 serta untuk menunjang pembuatan bakwan dan gorengan sebagai pelengkap dari nasi tutug oncom itu di tendanya ada satu kompor untuk memasaknya dan bagi pelanggan yang memesan di bungkus untuk makan dirumahnya tak usah kuatir dengan kualitasnya karena hasil olahannya itu belum pernah basi meski sampai larut satu hari pun dan setiap harinya pengunjung bisa mencapai ratusan orang, dari kesuksesan itu akhirnya tercium oleh salah satu deptstore yang mengajak membuka cabang usaha di café areal pasar modern itu.

Tetapi dirinya menolak dengan halus dan dari hasil usahanya yang beromzet di rahasiakan itu, dirinya biasa menyekolahkan kedua anaknya hingga meraih gelar sarjana dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) dan UNSIL (Universitas Siliwangi) Tasikmalaya, sedangkan kedua anaknya lagi masih duduk di bangku SMA. “Alhamdulillah ini semua berkat kebesaran kebesaran rahmat dari Alloh SWT sehingga kami sangat bersyukur sekali.” Terangnya kepada Tadjuk pekan lalu.

Tapi di balik segala aktivitas keberhasilannya dagangnya itu lanjut Dedi kini tersimpan segala gundah gulana yang bergelayut selama ini yaitu lahan yang ditempatinya itu aka disterilkan dari segala bentuk berjualan oleh pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya dan (Balai Pengolahan Sumber Daya Air) BPSDA, karena areal itu memang lahan milik kedua institusi tersebut yang disewanya dari sekitar 1996 hingga sekarang dan rencananya 2007 areal itu akan dijadikan trotoar dan hal itu menjadi momok bagi kelangsungan eksistensi usaha kedepannya, mengingat lokasi tersebut sangatlah strategis juga serta merta sudah diketahui oleh khalayak ramai yang notabene adalah para pelanggan setianya saat ini, disamping itu ternyata bukan Cuma dirinya yang menempati lahan itu begitu banyak para pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Kahuripan (PKK) menggunakan areal itu sejak lama sebagai profesi keseharian mencari nafkah bagi warga sekitarnya.

Saya mengharapkan sekali Pemerintah jangan main gusur saja kawasan ini, karena areal ini terbukti mampu menghidupi hajat banyak orang karena di lokasi ini beragam yang berjualan dari mulai mie bakso, minuman es kelapa muda, bubur ayam, serabi, warung nasi, soto ayam, tambal ban, kios rokok serta lainnya dan itu semua terbukti bisa membangkitkan pelaku usaha kecil selama ini. (Ariska)

Kabag Keuangan Pemkot Tasikmalaya Klarifikasi Berita

Tasikmalaya-Kepala Bagian Keuangan Setda Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya Rahmat Effendi mengklarifikasi prihal tentang berita adanya pungutan liar (pungli) yang disinyalir di lakukan oleh segelintir oknum anak buahnya pada Tadjuk edisi sebelumnya, karena menurut dirinya hal itu tidak benar juga tidak terjadi sama sekali di kantornya selama ini sebab seluruh stafnya sudah jelas di wanti-wanti agar tidak di perkenankan meminta dan menerima uang pelicin dari setiap warga yang sedang mengurus keperluannya,baik itu rekanan jasa konstruksi atau pun dengan siapa saja,bahkan dirinya juga menginstruksikan agar bekerja secara profesional juga proposional untuk melayani masyarakat dan kalau pun memang ada anak buahnya yang nakal juga terbukti, dirinya tidak segan-segan untuk menindaknya dengan tegas sesuai dengan ketentuan aturan yang berlaku,karena eksesnya hal itu dapat mencoreng reputasi di mata publik.”Pembinaan itu sudah di tanamkan sejak dini kepada seluruh staff, jadi saya percaya mereka tidak mungkin untuk berbuat begitu dan saya selaku pimpinan bertanggung jawab untuk selalu memonitor mereka ”terangnya kepada tadjuk pekan lalu.

Sementara itu menurut Asisten tiga (Asda) Drs Ahdiat MP menambahkan bahwa dirinya selalu berkoordinasi dengan Kabag keuangan untuk bisa memberikan pelayanan prima terhadap warga yang membutuhkannya tanpa pamrih dan juga selalu mengingatkan kepada seluruh staff di keuangan jangan tergoda oleh hal-hal yang sifatnya nikmat sesaat tapi akhirnya bisa berakibat fatal jadi mereka tidak akan berani melakukannya karena dirinya selalu tegas memberikan arahan selama ini.”Terlepas benar atau tidaknya rumor yang beredar di koran tersebut,bagi kami ini merupakan input sebagai teguran,agar kami lebih optimal melakukan pembinaan ke internal,karena disini peran media massa itu di harapkan bisa berjalan sebagai kontrol sosial yang bisa kritis tapi etis sebagai mitra kerja dengan pemerintah untuk bisa menciptakan good goverment.”harap pria bersahaja itu.

Di tempat terpisah salah satu pemerhati pers Drs Armando Satriani menyambut positif dengan adanya klarifikasi berita tersebut karena hal itu sebagai hak jawab seseorang untuk menanggapi juga menyanggah pemberitaan terutama yang merasa dirugikan atas pemberitaan sebelumnya,jadi di sini fungsinya media massa itu merupakan sarana untuk bisa menjembatani bagi semua pihak dan bersifat independent tidak memihak kepada siapa pun.(Ariska)

Ruangan Kasubag Depag Kota Tasik Gosong Terbakar

Tasikmalaya-Ruangan Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag) Departement Agama Kota Tasikmalaya di lantai dua gosong terbakar di lahap si jago merah,terlihat langit langit juga tembok yang semula bercat putih itu berubah menjadi hitam kelam hingga tercium aroma bau tak sedap merasuk hidung di ruangan 7x 5meter itu, akibat amukan api itu akhirnya meluluh lantahkan semua kursi,computer,kipas angin,tv 21 inc juga beberapa hiasan lainnya,tapi untungnya file cabinet,dispenser dan meja bisa di selamatkan,peristiwa yang terjadi itu entah human error atau memang musibah semata. syahdan api itu berasal dari kosletnya kabel listrik yang terletak di bawah lantai juga di sinyalir api itu memulai aksinya pada jam 18.00 WIB hingga pada pukul 18.30 WIB tepat di saat sholat magrib tiba dan untungnya si jago merah itu tidak marah membumi hanguskan ke seluruh ruangan lantai satu maupun lantai dua kantor yang baru saja selesai di bangun tersebut,padahal waktu kejadian itu karyawan yang piket maupun satpam sendiri lagi melakukan ibadah sholat di mesjid di lantai satu,dan mereka baru mengetahuinya dengan kaget setelah selesai melakukan sembahyangnya karena tercium bau gosong menyengkat hidung dari arah lantai dua,hingga akhirnya mereka masuk ke ruangan itu untuk segera menyelamatkan aset yang berharga,tapi setelah masuk ternyata api sudah padam dan yang terlihat hanya serpihan bekas yang terbakar saja,selanjutnya meraka membersihkan tempat itu juga memberitahukan kepada Kepala Depag,konon anehnya api itu ternyata padam dengan sendirinya tanpa ada yang memadamkannya karena di perkirakan secara kimia, api itu akan habis di terkam oleh oksigen karena ventilasi di ruangan itu terletak dari atas jendela saja dan tapi ada juga yang mengatakan bahwa padamnya api itu berkat bantuan gaib.Esok harinya saat semua karyawan masuk merasa kaget melihat kejadian itu tapi mereka tetap bekerja seperti biasanya”Untuk sekarang ini Pak kasubag tempatnya sementara di staff tata usaha dulu selama ruangannya belum di perbaiki.”tutur Drs H Dudi Abdulah Msi salah satu Humas Depag Kota Tasikmalaya kepada Tadjuk pekan lalu.

Menurut Dudi pihaknya pasca kejadian itu segera mengelar rapat internal dengan semua karyawan yang di pimpin oleh langsung kasubag serta membuat BAP keterangan sebagai tindak lanjut ke kantor Polisi sebagai laporan atas kerusakan di samping untuk dokumentasi serta untuk mempertanggung jawabkannya,karena kejadian itu adalah murni musibah yang terjadi bukan sebagai pencurian semata dan hingga kini pihaknya akan segera berusaha memperbaikinya seperti semula dan meski pun sama sekali ruangan itu belum bisa dipakai saat ini tapi hal itu terlihat tidak menghambat kerja karyawannya sebagai pelayan prima terhadap masyarakat selama ini dan untuk ke depan pihaknya kini akan lebih waspada juga mengantisipasinya pasca peristiwa itu terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi.”Sebagai langkah preventif terhadap perangkat listrik tersebut,seluruh karyawan di himbau kalau setelah tiba saatnya jam pulang kantor agar segera di matikan aliran listrik yang di anggap tidak perlu,di samping juga sebagai pengiritan terkecuali kalau memang urgen di butuhkan untuk pekerjaannya atau untuk penerangan bagi areal instansi serta ada orang yang bisa menjaganya sampai selesai .”terang pria yang pernah tugas di papua itu.(Ariska)

Fantastis Pemda di Bobol 800 Juta Oleh Oknum Guru Honorer

Tasikmalaya-Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Tasikmalaya (Setda) bagian keuangan benar-benar di buat bertekuk lutut oleh kecerdikan,kelicikan prilaku nekad oknum guru honorer Sekolah Dasar (SD) Cisayong yang berinisial RAT yang notabene sebagai Ketua Himpunan Guru Honorer (HGH) serta di bantu sang suaminya NN bisa sukses membobol sejumlah uang bernilai 800 juta,sungguh fantastis mereka melakukannya dengan cara memanipulatif data serta tanda tangan fiktif sehingga bisa mengecoh pejabat pemda untuk segara mencairkan dana tersebut, padahal kucuran itu di peruntukan bagi seluruh anggotanya dari hasil bantuan intensif dari Pemda,dana tersebut di turunkan dari tahun 2007 sebesar Rp 50.000 per orang sedangkan untuk tahun 2008 di tingkatkan menjadi Rp 150.000 per orang dengan jumlah anggota HGH tersebar di 39 kecamatan kurang lebih dari 1000 orang,tapi tragisnya justru mereka berdualah sebagai suami-istri yang mereguk nikmatnya duit dari alokasi APBD tersebut dengan cara memperkaya diri.”Oknum itu telah menipu anggotanya,Pemda juga DPRD yang dulu ikut menyetujui bantuan intensif tersebut,juga memalsukan data serta tanda tangan anggota dan ini jelas sudah tindakan pidana yang harus di tindak”terang salah satu sumber yang enggan di buka jati dirinya itu kepada Tadjuk pekan lalu.

Menurut sumber yang menjadi tengah soroton publik kontroversial saat ini adalah mengapa pemda bisa terkecoh oleh oknum itu,apakah memang sudah keropos juga mempertontonkan dagelan lemahnya tingkat selektivitas para pejabat teras pemda yang begitu mudah memberikan dana sebesar itu tanpa di deteksi data yang valid terlebih dulu sehingga bisa lolos untuk segera di cairkan,padahal kalau memang teliti hal itu tidak dapat terjadi bila bisa mengantisipasinya sejak dini dan yang muncul menjadi polemik saat ini juga adalah apakah kejadian itu sebagai akibat human error ataukah ada konspirasi lain di balik itu semua, karena suaminya RAT yaitu NN konon mempunyai akses relasi ke beberapa pejabat pemda sehingga di sinyalir akhirnya bisa menggolkan niat busuknya untuk mengondol jutaan rupiah secara sepihak, syahdan terbentuknya HGH pun historiesnya dulu berkat intervensi salah satu pejabat teras tersebut dengan obsesi untuk pengiringan suara organisasi itu kepada salah satu calon tertentu yang muaranya berbau politis.bahkan tersiar kabar Dinas Pendidikan Kabupaten (Disdik) dan UPTD pun memberi label ilegal ke wadah tersebut karena menurutnya komunitas itu lahir dari rahim PGRI.Dan yang paling fenomenal di dalam tubuh internal HGH pun NN itu banyak di pertanyakan kapasitasnya sebagai apa oleh para anggotanya karena NN bukan anggota juga mengingat selama ini terlalu banyak intervensi terhadap roda organisasi itu.eksistensi NN tak ubahnya seperti Taufik Kemas suaminya Megawati.”RAT itu sebenarnya tidak bisa apa-apa dan cuma bisa di jadikan boneka saja sebagai ketua selama ini,padahal yang menjadi otak provokatornya adalah NN yang notabene sebagai suaminya.”jelasnya.

Ketika Tadjuk akan konfirmasi mengenai hal itu kepada Sekretaris Daerah (Sekda) Pemda Tasikmalaya Drs H Asep Ahmad Jaelani MM ternyata yang bersangkutan tidak ada di tempat karena sedang dinas kerja ke luar.

Di tempat terpisah salah satu pentolan elemen Lembaga Swadaya Masyarakat dari Forum Aliansi Rakyat Tasikmalaya (FARAT) Drs Yan Suhada mengaku sangat prihatin atas peristiwa itu karena itu menunjukan suatu kecerobohan di tubuh internal pemda hingga bisa di perdaya oknum itu dan sudah seharusnya ke depan bisa membedakan antara kedekatan secara personal dengan format pekerjaan secara proporsional juga profesional karena di kuatirkan kalau di kombinasikan hal itu akan timbul kerancuan juga menyuburkan bau KKN secara sistematis dan kini telah terbukti oknum itu telah mencoreng dan mengrogoti reputasi pejabat yang menjadi kolega dekatnya selama ini dengan melakukan perbuatan nista.(Ariska).

Kampung Naga Tasikmalaya

Mempertahankan Tradisi dari Gempuran Globalisasi

Tasikmalaya - Era globalisasi saat ini ternyata sudah merasuki ke dalam semua aspek kehidupan dan kehadirannya tak lepas dari gencarnya gempuran pengaruh kultur luar mengerogoti budaya lokal,hingga di kuatirkan lambat laun akan terjadi pergeseran budaya,akan tetapi hal itu tak berlaku bagi komunitas Kampung Naga di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya era globalisasi bukanlah sebagai momok menakutkan, karena sampai saat inipun masyarakat masih konsisten untuk mempertahankan eksistensi budaya leluhur dalam prinsip hidupnya.

Bagi warga mempertahankan budaya merupakan jati diri yang selalu berpedoman untuk hidup gotong royong dalam kesahajaan, kesejahteraan serta kearifan dan hal itu merupakan suatu filosofi yang di tumbuh kembangkannya di samping juga tetap menjaga dan mentaati petuah karuhun (leluhurnya) sampai turun temurun sebagai salah satu identitas diri dan kearifan lokal.

Kawasan yang di lintasi sungai Ciwulan itu berjarak dari pusat kota 30 km di huni oleh sekitar 345 orang dengan luas arealnya 1,5 hektar serta terdapat 110 bangunan diantaranya deretan rumah penduduk yang bergaya panggung berukuran 8 x 4 meter yang beratap injuk dengan dinding dari anyaman bambu ber jejer rapi dengan pola bentuk bangunan yang menghiasi keasliannya dan di dalam rumah tersebut nyaris tak nampak perabotan berupa meubeul, juga peralatan elektronik (televisi, radio dan lampu) yang ada hanyalah ruang lapang dengan tikar dari anyaman bambu, obor dan sebuah lemari pakainan terbuat dari kayu menambah kesaha­jaannya, juga terlihat di kawasan itu Mesjid Agung, Leuit (tempat penyimpan beras ), ruang Patemon dan Bumi Ageung (tempat penyimpanan benda pusaka).

Salah seorang tokoh Kampung Naga kepada Tadjuk Ade Suherlin pekan lalu mengatakan, sebagai komunitas yang memper­tahankan adatnya menurut Ade, dirinya sangat konsisten menjaga kawasan dan warganya dari kultur moderinisasi. Karena hal itu hanyalah akan mengubah keaslian bangunan, pola hidup, jalan maupun lingkungan tempat tinggalnya karena eksesnya dianggap sebagai ancaman pemberangusan terhadap nilai budayanya yang akan mengerogoti eksistensi masa depannya.

Mengingat Kampung Naga merupakan salah satu aset budaya wisata yang harus di lestarikan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal, nasional maupun internasional karena memiliki keunikan tersendiri.

Keseharian aktivitas warganya ungkap Ade mayoritas bercocok tanam dan bertani sebagai profesi-utamanya dari mulai terbitnya sang mentari hingga terbenamnya di ufuk barat itu di samping juga terlihat mereka rajin membuat kerajinan anyaman bambu dari daun aren di rumah-rumah, hal itu sudah turun temurun sebagai alternatif dalam kesehariannyu dan hasil usaha dari kerajinan itu herupa vas bunga, telebug, tolombong, nyiru dan boboko, selain itu ada hal yang sangat prinsipil bagi kaumnya yaitu pantang, mlakukan minta-minta kepada orang lain dengan menengadahkan tangan di bawah, meski hidupnya dalam segala keterbatasan serta mentabukan berbicara masalah sejarah maupan adat istiadat pada selasa. rabu dan sabtu.

Mayoritas pelancong yang berkunjung lanjut Ade adalah para turis internasional mulai dari Belanda, Jerman, Japan, Australia dan Negara Eropa lainnya mereka biasanya mengunakan travel, tak ketinggalan pula para turis lokal dari Jakarta, Bandung dan Surabaya serta juga mahasiswa dan pelajar untuk kegiatan studinya, maka tak heran bila kawasan potensi budaya itu oleh Pemerintahan setempat ditargetkan untuk memberikan kontribusi sebesar 10 juta per tahun sebagai konsekuensi logis dari pendapatan asli daerahnya.”Yang datang ke sini tersebut baik itu turis lokal maupun mancanegara rata-rata berjumlah 300-500 pengunjung dan mereka biasanya mengunakan travel yang mengambil rute dari Jakarta ke Bandung terus Garut selanjutnya ke Tasikmalaya,Pangandaran,Jogyakarata dan berakhir di Bali.”terangnya.

Sementara itu di tempat terpisah kepala seksi pengembangan objek wisata Dinas Parawisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya Drs Edi Krisyadi menandaskan, bahwa pihaknya akan menata lagi kawasan itu untuk meningkatkan pelayanan optimal terhadap wisatawan diantaranya telah membangun saung budaya (gedung kesenian) dan Gapura selanjutnya pihaknya akan membuat rest area, trap tangga,gazebo juga parkir termasuk information tourist center (melayani kebutuhan wisatawan) dan kios wisata (aneka makanan, minuman, serta cinderamata khas warga).” Mudah-mudahan bila sarana dan prasarana tersebut sudah memadai diharapkan para wisatawan akan semakin betah dan bertambah,” tuturnya.

Menurut Edi dalam waktu dekat ini tepatnya tanggal 16 April 2009 akan ada peresmian monument kudjang di areal kampung naga itu yang akan di resmikan langsung oleh Gubernur Jabar dan monument itu akan masuk MURI Jaya Suprana karena mampu memecahkan rekor sebagai kudjang terbesar yang ada di Indonesia dan syahdan di kawasan wisata andalan Tatar Sukapura itu dulunya merupakan cikal bakal lahirnya kudjang yang notabene sebagai simbol kebanggaan warga etnis sunda dan pionir yang punya gagasan itu adalah Kapolwil Priangan .”Diharapakan dengan adanya monument tersebut bisa menambah daya tarik sendiri bagi para wisatawan baik yang lokal maupun mancanegara bagaimana pun kita harus bisa menjaga keutuhan budaya sendiri karena hal itu sebagai identitas bangsa yang bermartabat.”paparnya. (Ariska).

Ketua HGH Kab Tasikmalaya Di Sinyalir Gelapkan Uang Anggotanya

Tasikmalaya-Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh ulah Ketua Himpunan Guru Honorer (HGH) Kabupaten Tasikmalaya yang berinisial RAT yang di sinyalir nekad mengelapkan bantuan uang senilai Rp 800 juta,padahal duit tersebut di peruntukan bagi seluruh anggotanya hasil bantuan intensif dari Pemerintah Kabupaten (Pemda) Tasikmalaya,tapi anehnya cuma dia saja yang bisa mereguk nikmatinya kucuran rupiah itu selama ini dan sementara itu para anggotanya hanya di jadikan korban kelicikan manuvernya,hal tersebut jelas preseden buruk yang di pertontonkan oleh seorang oknum guru terhadap anak didiknya,padahal guru itu adalah icon primadona untuk di gugu juga di tiru prilakunya bagi kelangsungan masa depan anak bangsa ini.

Tadinya segala skenario prilakunya itu tersimpan rapih tak di ketahui, tapi akhirnya bisa tersingkap juga, setelah seorang anggota HGH dari Kecamatan Karangnunggal yang enggan di sebut jati dirinya itu datang ke Pemda karena ada suatu keperluan dan dirinya tidak sengaja bertemu dengan salah seorang bendahara keuangan di Setda Tasikmalaya terus selanjutnya dia menanyakan prihal bantuan intensif dari Pemda itu dan akhirnya dirinya kaget karena belum pernah menerima uang sepeser pun selama ini terus yang bikin tambah shock adalah keterangan dari bendahara tersebut yang memperlihatkan tanda bukti yang tertera namanya di cantumkan juga di sertai tanda tangan segala yang ternyata di palsukan oleh ketua HGH dan setelah dirinya mengetahui hal itu selanjutnya menghubungi rekan-rekanya yang ada di kecamatan lainnya ternyata mereka juga sama tidak pernah menerima selama ini dan merasa di tipu oleh ketuanya dengan cara memanipulasi tanda tangan,data serta lainya.”Saya harap ketua bisa mempertanggung jawabkan segala perbuatan yang jelas merugikan seluruh anggotanya dan proses hukum merupakan jawaban dari kelakuannya selama ini.”paparnya.

Menurut keterangan dari Pemda bahwa bantuan itu di turunkan dari tahun 2007 sebesar Rp 50.000 per orang sedangkan untuk tahun 2008 di tingkatkan menjadi Rp 150.000 per orang dengan jumlah anggota HGH kurang lebih dari 400 orang yang tersebar di Tatar Sukapura itu,jadi selama 2 tahun tersebut sebagian guru honorer itu di rampas haknya oleh Ketua HGH yang notabene juga adalah seorang pengajar di Sekolah Dasar (SD) Cisayong Tasikmalaya.

Sementara itu di tempat terpisah salah satu Ketua PGRI Kabupaten Tasikma­laya, Opan Sopian, S.Pd mengatakan,bahwa dirinya telah mendengar keja­dian tersebut, bahkan telah memanggilnya dan mempe­ringatkan oknum guru ho­norer itu untuk segera menyele­saikan permasalahnya namun sampai saat ini, kami belum ada kabar dan kami masih menunggu,dirinya menegaskan, ka­lau HGH masih belum bisa menyelesaikan masalah ini, kami PGRI akan turut men­dukung pihak berwajib untuk melakukan proses hukum selanjutnya.

Saat Tadjuk konfirmasi ke rumah RAT yang cukup megah di daerah Cisayong ternyata yang bersangkutan tidak ada di tempat alias di rumahnya sepi tidak ada penghuni dan pagarnya selalu rapat terkunci.(Ariska)

Oknum Pegawai Depag Kota Tasikmalaya di Duga Mangkir Kerja

Tasikmalaya-Sungguh tragis pemerintah menerapkan Peraturan Pemerintah (PP) No 30 yang konon isinya memberikan warning keras bagi setiap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan bolos di saat meninggalkan jam kerja tanpa alasan yang jelas juga tidak bisa di pertanggung jawabkan, maka konsekuensinya akan kena teguran keras dari atasannya atau penurunan pangkat juga jabatannya langsung,katanya hal itu di buat agar aparaturnya takut untuk melanggarnya,tetapi ternyata peraturan itu hanya mampu di pandang sebelah mata dan tidak membuat takut justru di tantang oleh salah satu oknum pegawai Department Agama(Depag) Kota Tasikmalaya berinisial ELS salah satu staff di bagian seksi haji yang di sinyalir selalu mangkir kerja selama ini dan hal itu terbukti dengan di tahannya uang makan selama 1 bulan lebih karena uang makan itu berdasarkan hasil absensi yang di isi pegawai di tiap hari kerjanya, padahal itu saja bisa menjadi indikasi bahwa ELS itu seolah berani menantang PP No 30, anehnya selama ini tidak ada seorang pun yang berani menegurnya, kenapa terus dibiarkan apa ada orang besar yang memback-up nya hingga seenak udelnya masuk kerja itu, dan hanya makan gaji buta tiap bulannya,hal itu menjadi pertanyaan public serta menjadi polemik bagi para karyawan di lingkungan Depag sendiri dan anehnya sudah dua kali suksesi pergantian Kepala Kantor Depag (Kakandepag) ternyata tidak mampu menindak prilaku yang jelas di nilai sudah indisipliner juga menodai reputasi pemerintah di mata public,padahal Depag itu notabene bernafas relijius dan mengkedepankan moral,makanya untuk menjaga reputasi tersebut kalau memang Kakandepag sudah tidak mampu lagi coba laporkan saja ke Kanwil Bandung atau di teruskan ke Irjen di Jakarta agar ada tindakan nyata.”Jangan di biarkan terus dan harusnya ada tindakan tegas agar jera,karena kalau di biarkan terus di kuatirkan timbul kecemburuan pegawai yang lainnya.”harap salah satu sumber yang enggan di sebut jati dirinya mengemukakan kepada Tadjuk pekan lalu.

Menurut dirinya bahwa ELS ini adalah seorang pebisnis yang sukses di bidang bordir kawalu hingga waktunya banyak di sita untuk berdagang hingga lupa akan kewajiban juga sumpahnya dulu saat di lantik menjadi aparatur pemerintah yang wajib untuk datang tiap pada hari kerja agar bisa melayani masyarakat,padahal dia itu ada di bagian seksi haji,bahkan katanya pernah jadi bendahara segala yang seharusnya bisa melayani warga yang membutuhkannya dan paling terlihat datang juga ke kantor cuma sebentar seterusnya pulang lagi ,mungkin ke tokonya karena dia selalu membawa mobil boks barangnya setiap datang.

Ketika Tadjuk minta konfirmasi dengan Kakandepag Drs Yoyo ternyata yang bersangkutan sedang dinas kerja ke Bandung dan seterusnya di terima Kasubag Drs Dede dan dia mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan teguran lisan satu kali seterusnya yang ke dua adalah teguran tulisan serta ketiga sekarang akan di layangan dan bila tidak di respon oleh ELS pihaknya akan segera melakukan tindakan tegas terhadap mantan pegawai Kanwil Depag Provinsi itu.(Ariska)

Kadis Bina Marga Kota Tasikmalaya Membantah Tuduhan KKN

Tasikmalaya-Kepala Dinas Bina Marga Kota Tasikmalaya Ir. Dedi Supriadi Biskat membantah segala bentuk indikasi korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN) dalam proses lelang pekerjaan di instansinya dan penegasan itu di kemukakan sebagai wujud klarifikasi dari segala bentuk tudingan minor selama ini untuk menjaga keutuhan reputasi juga kredibilitasi di mata publik guna meluruskan segala pemberitaan yang berpijak pada azas praduga tak bersalah,karena makna dari publikasi tersebut dapat menimbulkan penyesatan pencemaran nama baik serta berkonotasi sebagai esensi pembunuhan karakter terhadap dirinya dan apa lagi opini picisan tersebut di hembuskan secara progresif hanya untuk meraih simpati sesaat.Hal itu berkaitan dengan pemberitaan yang dilangsir pada surat kabar mingguan terbitan jakarta pada pekan lalu yang di mana Dedi disinyalir melalukan skenario bagi-bagi kue proyek dengan para paguyuban asosiasi jasa konstuksi Tasikmalaya dengan trik mengkebiri keppres 80 tahun 2000.

Menurut Dedi semua tuduhan itu tidak benar sama sekali,bahkan hal tersebut lebih cenderung lebih kental esensi emosionalnya secara sempit tanpa ada bukti secara autentik dan ini era transparansi semua mata memandang ke setiap aktivitas yag di kerjakan di setiap instansi manapun termasuk di dinas bina marga,jadi sungguh naif kalau saya di tuduh sebagai sutradara yang mengatur skenario membagi-bagi kue proyek itu,apa lagi dengan mendongkel keppres no 80 tahun 2000 segala,justru dirinya bertekad untuk melaksanakan proses lelang sesuai dengan undang-undang yang berlaku tanpa ada konspirasi atau intervensi dari pihak mana pun apa lagi mengembosi kepres segala dengan para asosiasi selama ini.Dedi pun heran dengan orang yang memvonisnya itu,bahwa dirinyalah yang menyuburkan aroma KKN dalam proses lelang tersebut,padahal lelangnya pun belum di gelar sama sekali,jadi di mana letak bau KKN nya, itu kan namanya dagelan konyol saja,dirinya juga sangat prihatin dengan orang yang melempar tuduhan itu yang bersifat skeptis tidak bisa realistis dan jangan hanya bisa bombastis memvonis dirinya.Adapun tentang pertemuan dengan para paguyuban asosiasi pengusaha jasa kontruksi di salah satu rumah makan itu konteknya sebagai sharing untuk permasalahan saja agar proses lelang berjalan dengan kondusif tidak destruktif.Mengenai fungsi dari paguyuban itu hanya melakukan pembinaan kepada para pengusaha sekaligus juga memberi support informasi tentang eksistensi pengusaha jasa konstruksi kepada instansi terkait.

”Tidak ada terminologi jual beli paket sebelum lelang atau pengiringan untuk kelompok tertentu dan semuanya bermuara pada ketentuan aturan main yang berlaku dalam undang-undang, apa lagi saya komitmen untuk memberangus segala bentuk KKN itu dan silahkan berbagai element masyarakat memonitor proses lelang itu berjalan dengan fair,kepentingan publik merupakan salah satu skala prioritas karena jangan sampai terabaikan oleh kepentingan kelompok tertentu.”tegasnya.(ARISKA).

296 Pedagang Pasar Pancasila Tasikmalaya Resah

Tasikmalaya-Sekitar 296 pedagang pasar tradisional Kota Tasikmalaya mulai resah karena status hak guna usaha nya (HGU) sudah habis pada 11 januari 2009,berdasarkan SK DPRD Kabupaten Tasikmalaya pada 1994 (dulu belum lahir Kota Tasikmalaya/Pemkot) bahwa masa berlaku HGU itu hanya 15 tahun dan setelah habis masa itu tanah pasar tersebut kembali menjadi milik pemerintah daerah kabupaten Tasikmalaya (pemda) Pasar yang memiliki luas sekitar 3.402 meter persegi dengan jumlah 296 kios aktif, 242 kios tertutup,160 kios terbuka yang terbagi dalam 26 blok serta 1 mck ini letaknya sangat stategis berada di jantung pusat kota dan asetnya masih di miliki oleh Pemda, sementara bangunanya milik pedagang, namum retribusi pasar masuk ke Pemkot dan setelah lahir kota Tasikmalaya 2001 maka terus di terbitkan berdasarkan perda no 28 tahun 2003 dan di sebutkan HGU itu memiliki masa waktu sekitar 20 tahun.akibat masalah itu kini kondisi para pedagang sudah tidak nyaman lagi untuk berjualan,apalagi banyak rumor yang beredar bahwa akan segera di relokasi ke daerah cibeureum,juga ada isu seorang investor dari Jakarta yang siap membeli pasar tersebut guna untuk di jadikan kawasan Pusat Grosir Tasikmalaya (PGT).

“Ketika banyak isu bermunculan pedagang sudah tidak kondusif lagi berjualan,bahkan ada beberapa pedagang yang memulai memasang tarif mahal untuk di jual,oleh karena itu kami minta agar HGU bisa di perpanjang lagi selama 20 tahun sampai tahun 2017 dengan di perkuat oleh payung hukum yang berlaku.”harap Subarkah salah satu pedagang kepada Tadjuk pekan lalu.

Padahal sejak era Walikota Bubun Bunyamin dulu sampai kini oleh Syarif Hidayat lanjut Subarkah pihaknya telah mengajukan permohonan perpanjangan HGU itu namun kedua pemimpin tersebut belum pernah memberi jawaban yang pasti sehingga membuat warga pasar merasa tak nyaman untuk tetap berjualan lagi dan selain masalah tersebut juga timbul persoalan pelik lagi yaitu menjamurnya pasar modern/mall yang secara langsung bisa mematikan usaha pasar tradisional ke depannya.

Sementara itu di tempat terpisah ketua Lembaga Swadaya Masyarakat dari Forum Tasikmalaya (FORMALA) Drs H Yadi Effendi mengatakan sangat prihatin dengan kondisi rebutan aset pasar pancasila itu karena yang menjadi korban adalah masyarakat dan belum selesainya mengenai aset antara pemkot dan pemda sangat berdampak kurang baik salah satunya aset yang di perebutkan itu kian terbengkalai,bahkan terkesan tak ambil peduli,padahal kalau di kelola secara proporsional bisa sebagai sumber pendapatan, penghasilan daerah untuk kemakmuran, kesejahteraan bagi masyarakatnya,tapi sampai saat ini belum ada indikasi yang serius kedua belah pihak untuk kompromi menyelesaikan persoalan aset tersebut.Bahkan pemda sudah mengultimatum kalau pasar itu tidak ada kompensasi atau ruislag dari pemkot,maka pemda akan segera menjualnya ke pihak ke tiga yang notabene adalah investor,karena pemda sangat membutuhkan biaya untuk pembangunan ibukotanya di Singaparna.”Saya rasa kita harus bijaksana untuk menyingkapi persoalan itu jangan sampai timbul friksi karena yang akan di rugikan itu masyarakat sendiri,cari solusi yang bisa memberikan arti.”terang aktivitas senior tersebut.(Ariska).

Ny. Hj. Ade Khoeriyah, Perajian Mendong Kota Tasikmalaya

“Buka Usaha Guna Serap Warga Bekerja”

TASIKMALAYA-Obsesinya untuk membuka usaha kecil menengah sebagai pengusaha pengrajin Tikar Mendong adalah merupakan refleksi dari terdorong rasa kepedulian sosialnya yang tinggi terhadap warga sekitar lingkungannya untuk turut membantu agar mereka memiliki ruang penghasilan yang tetap, maka berangkat dari rasa keprihatinan itulah Ny. Hj. Ade Khoeriyah (40) beserta suaminya Drs. H. Uus Firdaus (42) berembuk untuk mencari alternatif membuka usaha dan setelah dipertimbangkan masak-masak dipilihlah tikar mendong dan akhirnya pada tahun 2005 dengan modal awal 30 juta memberanikan diri berkecimpung sebagai pengusaha kecil menengah pengrajin Tikar Mendong di Desa Purbaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya.

Eksistensi usahanya ini turut mengatasi pengangguran. Terbukti 35 karyawannya kebanyakan anak putus sekolah karena terbentur faktor kesulitan ekonomi dan sisanya dari kalangan para pemuda dan ibu-ibu yang kerap andil membantu bekerja dari pukul 07.30 sampai dengan 15.30 WIB dan untuk keperluan mencukupi bahan bakunya, biasanya membeli atau memesan kepada para petani mendong dari Purbasari dengan harga Rp. 130.000,-/Kwintal selanjutnya bahan baku itu dikemas oleh para pekerjanya dengan Tustel (mesin tradisional tenun) yang ada sekarang sebanyak 30 Tustel untuk membuat tikar bahan mentah yang dapat menghasilkan sebanyak 30 buah tikar dan untuk menjadi bahan mentah yang akan diolah itu tentunya juga dilapisi dengan kain benang hasil dari olahannya agar bisa tampil semenarik mungkin serta dari hasilnya itu perharinya bisa dijual ke Bandar yang menampungnya dengan harga Rp. 425.ribu,- per kodi nya, kemudian oleh si Bandar tikar itu dijahit yang berupa tas, sandal, taplak, hiasan dinding, pas photo tikar dan sebagainya sebagai bahan jadi yang siap untuk dipasarkan ke berbagai kota besar baik di Indonesia maupun ke luar negeri untuk bisa menunjang eksistensi usaha ini, saya harus rela menjual sebagian sawah untuk dapat menambah modal, terang Ny. Hj. Ade kepada Tadjuk saat ditemui pekan lalu.

Menurut Ade awalnya suaminya yang memegang kemudi usahanya tapi karena tidak bisa mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya, mengingat suaminya itu abdi Negara yang bekerja di Kantor Pajak Bumi dan Bangunan, akhirnya pengolahannya dipercayakan kepada salah seorang familinya, tapi setelah berjalan empat bulan lamanya, ternyata format pengelolaannya itu amburadul terutama dalam manajemen keuangan dan hal itu diketahui setelah dirinya mengaudit seluruh asset dan omset yang ada, dan selanjutnya agar usahanya tetap stabil akhirnya dirinyalah yang memegang pengelolaannya sampai sekarang dan semua itu juga tak lepas atas dorongan dari suaminya serta anak-anaknya meski dirinya sama sekali belum berpengalaman dalam hal berbisnis. Orentasi saya saat ini bukan berpatri pada elemen profit semata saja, melainkan dari ketulusan untuk bisa berbuat sesuatu terhadap warga di sekitar lingkungan yang ada, papar mantan pegawai koperasi itu.

Setelah dirinya memanage berbagai aspek yang ada selama ini lanjutnya segala kendala yang sempat menerapnya itu akhirnya lewat kepemimpinannya bias berjalan kondusif lagi serta dirinya beradaptasi dan bisa berkomunikasi dengan para pekerjanya itu hamper disetiap harinya, makanya tak heran bila sehari-harinya disibukan dengan aktivitas barunya itu meski tanpa meninggalkan tugas utama sebagai ibu rumah tangga yang baik dan bagi para pekerjanya kehadiran bos baru itu membawa secercah asa untuk bisa menghidupkan lagi aktivitas kesehariannya serta bisa memberikan upah harian kepada 35 karyawanannya yang dibayar tiap sore hari dengan upah harian itu para pekerjanya sangat terbantu untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya terutama para pekerja ibu-ibu yang masih punya anaknya sekolah untuk membeli keperluan buku, sepatu ataupun uang saku putranya terkadang bila tak cukup untuk keperluannya itu mereka pinjam dulu uang dan bayarnya dicicil kemudian.

Boomingnya tikar mendorng lanjut Ade biasanya pada bulan Januari hingga April dan lebaran, maka terkadang dirinya sering kelabakan, seiring pesatnya permintaan konsumen sebagai konsekuensinya dirinya pun mencari bahan baku tersebut ke bebagai pelosok, dan alhasil ternyata para petani mendong ini telah dibooking para Bandar-bandar kelas kakap dengan memonopoli pembelian tikar tersebut dengan harga yang relatif tinggi dari standar relatif biasanya tanpa mengindahkan etika bisnis yang sehat. Maka akhirnya selama ini tercipta embrio persaingan yang tidak kompetitif bahkan cenderung lebih kental letupan emosiolanya secara sempit. Makanya saya menginginkan dibentuk suatu wadah atau koperasi untuk bisa mengkomodir semua perajian agar tumbuh rasa saling kebersamaannya tanpa memandang segala aspek, harap ibu dua anak itu. (Ariska).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar